Memo Seorang Partisan
Sudah digelar strategi
telah dipajang kalkulasi
dan segebung tekad
cermat bulat
tanpa seorang Caesar
tanpa mimpi mimpi besar
di sini ini Rubicon masa kini
dan dari sini tak lagi ada jalan kembali
dan tak lagi ada metafora
takkan ada jembatan emas
tak juga tata dunia baru
persetan antri persetan hegemoni
cuma yang utama adalah tata krama
swasembada, setitik Coca Cola
lempeng lempeng baja
sesudahnya lima tahun yang kelima
Itulah secanggih canggih strategi
cetak biru buku biru apalagi
dan Roma tidak dibangun dalam sehari
jadi sebrangi Rubicon, lewatkan Brutus dan Cicero
lewatkan juga kaum pengumpat penggerutu
dan tak perlu diulang pepatah usang itu
tak lagi di lumbung padi ayam mati kelaparan
tak lagi di air tenang itik mati kehausan
Sumber: Horison (Januari, 1990)
Analisis Puisi:
Puisi "Memo Seorang Partisan" menciptakan gambaran kuat tentang strategi dan tekad seorang partisan dalam menghadapi tantangan dan perubahan.
Strategi dan Kalkulasi: Puisi dibuka dengan menyebutkan bahwa "strategi telah digelar" dan "kalkulasi telah dipajang," menciptakan gambaran tentang persiapan dan perencanaan matang yang dijalankan oleh seorang partisan. Ini dapat merujuk pada persiapan dalam menghadapi perubahan besar atau tantangan hidup.
Tekad dan Cermat Bulat: Penggunaan kata-kata "sebagai seorang Caesar" dan "tanpa mimpi-mimpi besar" mengindikasikan bahwa partisan tersebut mungkin lebih memilih untuk bertindak secara taktis dan realistis tanpa mengedepankan ambisi besar. "Tekad" dan "cermat bulat" menunjukkan keteguhan dan keputusan yang matang.
Rubicon Masa Kini: Pernyataan "di sini ini Rubicon masa kini" menciptakan analogi dengan Rubicon, sungai yang pernah dilewati oleh Julius Caesar. Ini menunjukkan bahwa partisan tersebut telah mencapai titik tidak kembali, di mana pilihan dan tindakan yang diambil akan membentuk masa depan.
Tanpa Metafora dan Jembatan Emas: Puisi menegaskan bahwa tidak akan ada metafora atau jembatan emas. Ini bisa diartikan sebagai penolakan terhadap retorika kosong atau janji manis yang tidak dapat diwujudkan. Partisan tersebut mungkin lebih cenderung pada aksi konkret dan nyata.
Tata Dunia Baru dan Tata Krama: Puisi mencela gagasan tentang "tata dunia baru" dan menekankan pentingnya "tata krama." Hal ini mungkin mencerminkan sikap skeptis terhadap konsep perubahan besar dan menggarisbawahi pentingnya etika dan tata krama dalam menghadapi perubahan.
Pepatah Usang: Penggunaan pepatah "tak lagi di lumbung padi ayam mati kelaparan" mengejek kebijakan atau strategi yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa partisan tersebut mungkin lebih condong kepada tindakan yang praktis dan membuahkan hasil.
Puisi "Memo Seorang Partisan" menggambarkan sikap yang realistis dan tegas dalam menghadapi perubahan atau tantangan. Dengan mengecualikan retorika kosong, partisan tersebut menunjukkan komitmen pada tindakan yang nyata dan efektif dalam mencapai tujuan.
Karya: Isma Sawitri
Biodata Isma Sawitri:
- Isma Sawitri lahir pada tanggal 21 November 1940 di Langsa, Aceh.