Puisi: Membuat Rumah (Karya Pesu Aftarudin)

Puisi "Membuat Rumah" menawarkan pengalaman emosional dan estetika yang mendalam melalui imaji burung, sarang, dan bukit. Pesu Aftarudin dengan ....

Membuat Rumah



Seekor burung merangkai hari
dengan nyanyian.
Dan paruhnya
menetes ranting-ranting waktu
lalu tersusun jadi sebuah sarang.

Di atas bukit yang tenteram
sepiku menanti di dalam sarang.


Sumber: Horison (Mei, 1989)

Analisis Puisi:
Puisi "Membuat Rumah" karya Pesu Aftarudin menghadirkan gambaran yang puitis tentang proses menciptakan rumah sebagai tempat perlindungan dan keheningan. Melalui imaji burung dan sarang, puisi ini membawa pembaca ke dalam refleksi tentang kehangatan dan kedamaian.

Imaji Burung dan Nyanyian: Puisi ini dibuka dengan citra seekor burung yang merangkai hari dengan nyanyian. Burung sering dianggap sebagai simbol kebebasan dan keindahan. Nyanyian burung menciptakan suasana damai dan menunjukkan keharmonisan alam.

Ranting-Ranting Waktu: Baris "paruhnya menetes ranting-ranting waktu" membawa pembaca ke dimensi waktu yang terus berjalan. Metafora ini merujuk pada perjalanan hidup yang penuh dengan momen-momen yang membentuk keberlangsungan kehidupan.

Sarang Sebagai Metafora Rumah: Sarang yang dibuat oleh burung diartikan sebagai rumah. Sarang menjadi tempat perlindungan dan keintiman, menciptakan gambaran tentang kehangatan rumah yang diidamkan.

Bukit yang Tenteram: Lokasi di atas bukit yang tenteram memberikan citra ketenangan dan kedamaian. Bukit sering kali dihubungkan dengan tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, menjadi tempat yang cocok untuk refleksi dan ketenangan batin.

Rasa Sejuk dan Penuh Arti: Pembaca dapat merasakan keadaan sejuk dan penuh arti di dalam puisi ini. Bahasa yang digunakan simpel namun kaya makna, memberikan kesan kedamaian dan kebersahajaan.

Sepiku Menanti di Dalam Sarang: Baris terakhir menyoroti kehadiran "sepiku" yang menanti di dalam sarang. Sepi di sini mungkin mencerminkan kesunyian yang diinginkan atau keheningan batin yang dinanti oleh pelaku puisi.

Keharmonisan dengan Alam: Puisi ini menciptakan keharmonisan antara burung, sarang, bukit, dan alam sekitar. Penggabungan elemen-elemen alam memberikan gambaran tentang keterkaitan manusia dengan lingkungannya.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini diakhiri dengan kesan terbuka, membiarkan interpretasi pembaca merajut makna di balik kata-kata. Kesimpulan yang terbuka memberikan ruang bagi refleksi pribadi pembaca.

Puisi "Membuat Rumah" menawarkan pengalaman emosional dan estetika yang mendalam melalui imaji burung, sarang, dan bukit. Pesu Aftarudin dengan cermat menciptakan suasana damai dan menyentuh, mengajak pembaca untuk merenung tentang makna keberadaan dan rumah sebagai tempat perlindungan.

Puisi
Puisi: Membuat Rumah
Karya: Pesu Aftarudin

Biodata Pesu Aftarudin:
  • Pesu Aftarudin lahir pada tanggal 11 Oktober 1941 di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
  • Pesu Aftarudin meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 2019 di Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Ada di Saku GuruDi meja ilmunya fisika danmatematika berbunga-bungamembelah diri metode sederhanamemikat gaya hidup teka-tekikoala bucinPerjalanan makin menyenangkanvariabel bebas …
  • Menangis di Tengah HujanTanganku mulai bergerak indah, menunjuk langit lalu ia memuji bumiGerakan jari-jemari terasa lebih ringan mengikuti irama rintik hujan yang mengguyur tubuhk…
  • Semesta Penuh LaraHamparan hujan mengguyur bungaSemilir angin menggoyangkan rimpunan ilalangBerbisik menyampaikan pesanMemekikkan lara yang terbentangTangisan awan reda menampilkan…
  • Tatkala Gamang BerhentiMuntahan luka tak digubris, biarkan saja begituSayat teteskan lara, diamkan membiruAliran rajam memang selalu seperti jalariKecup menari-nari bersama rintih …
  • Cerita BapakkuBapakku menurunkan ketela di punggungnyamemahatnya menjadi GatotkacaBapak komat-kamit melanjutkan ceritaastron di dada "Satria perkasa bertulang baja."Samudera matany…
  • Luruh dan Memaafkanmeruak nan kecewakesumat terjang atmasesal dan benci berpaduamarah tak terbendunggelombang dendamhantam jiwa rapuhapi kebencian berkobarcoba menepi tak ingin ter…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.