Puisi: Melewati Jembatan Kesunyian (Karya Ahmad Nurullah)

Puisi | Melewati Jembatan Kesunyian | Karya | Ahmad Nurullah |
Melewati Jembatan Kesunyian


Melewati jembatan kesunyian yang kubangun dengan
seribu helai nafas
Kudatangi anakku terbaring di sungai sumsum
Lelah tenggelam di dalam jeram penyatuan

Di tepi sungai yang tergenang
Dan pelabuhan langit sebatang perahu berlabuh perlahan
Sarat dengan muatan tanah angin api dan air serta
tunas-tunas mimpi. Perlahan anakku menyelusup ke dalam
Bagai seutas benang memasuki batang lilin

Kutanyakan: "Nak, kapan kau berangkat?
Belum kutabung susu buat dikau
Pada sepasang tetek Layla yang menyala dalam khayalan".
Dalam gemuyur doa seribu malaikat
Anakku perlahan lenyap berlayar ke tengah sungai senyap

Melewati jembatan kesunyian yang kubangun dengan
seribu helai nafas
Kukembali pergi terjerat ke jemaring waktu
Duh, betapa gersang warna kemarau
Betapa bising lolong anjing di seberang jalan
Betapa busuk genangan comberan di jantung-jantung Layla jalang
Adakah kausiap berangkat, anakku?


Sumber: Horison (Oktober, 1989)

Ahmad Nurullah
Puisi: Melewati Jembatan Kesunyian
Karya: Ahmad Nurullah

Biodata Ahmad Nurullah:
  • Ahmad Nurullah (penulis puisi, cerpen, esai, dan kritik sastra) lahir pada tanggal 10 November 1964 di Sumenep, Madura, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.