Puisi: Malam Terluka di Pesisir (Karya Maman S. Tawie)

Puisi | Malam Terluka di Pesisir | Karya | Maman S. Tawie |

Malam Terluka di Pesisir


saat matahari terbanting dan terkapar
di balik punggung senja
kudengar risik kabar tentang malam yang terluka
sejarah pun lantas menggeliat
mengorak misteri sekeping bumi pesisir:

Kurau yang kusam
disungkup dendam

aku pun tahu dari cerita lama, Mathilda
tentang desing beribu peluru yang menyobek dingin malam
tentang kabut mesiu yang menuba keheningan mencekam
lalu pada puncak kesaksian
legam udara bersepuh merah
mengental dalam genangan darah

apa yang bakal kau genggam lagi, Mathilda
sedang setangkup permata dilanda angkara
apa yang bakal kau kidungkan lagi, Mathilda
sedang buah hati sayang terlepas dari rengkuhan
direnggut muslihat perang
hanya tinggal satu cara:

pegang erat senjata
lalu angkat
berondong tumbal maksiat

sungguh tak terduga pada mulanya
kalau maut mempersingkat usia
malam pun berkobar nyala, memberangus berpuluh jiwa
dan rupanya perjalananmu telah sampai, Mathilda
ke batas marcapada
lantaran tangan-tangan durjana

musim pun beringsut kian memperjauh jarak
kini entah sudah berapa matahari lewat
bergenderang semangat


Sumber: Kalimantan dalam Puisi Indonesia (2011)

Catatan:
Kurau adalah sebuah kecamatan paling selatan di Kabupaten Tanah Laut.

Maman S. Tawie
Puisi: Malam Terluka di Pesisir
Karya: Maman S. Tawie

Biodata Maman S. Tawie:
  • Maman S. Tawie adalah salah satu sastrawan asal Kalimantan Selatan.
  • Maman S. Tawie lahir pada tanggal 25 September 1957 di dusun Sei Tirik, desa Lokpaikat, kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
  • Karya-karyanya dimuat di berbagai media massa seperti Horison, Pelita, Banjarmasin Post, Dinamika Berita, Radar Banjarmasin, Angkatan Bersenjata, Merdeka, Kompas, Suara Karya, Zaman, Eksponen, dan Berita Buana.
  • Maman S. Tawie  meninggal dunia pada tanggal 7 April 2014 (pada usia 56 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.