Puisi: Kasih di Seberang Sana (Karya Maman S. Tawie)

Puisi | Kasih di Seberang Sana | Karya | Maman S. Tawie |

Kasih di Seberang Sana

O, malam. Kau di depan jendela
Kasihku di seberang sana
Suaranya dalam nyala hatiku

O, pulau jauh
membayang di cermin tua
Kasihku di seberang sana
mengadu sendu
jiwaku hampa

Wahai, kasihku di seberang sana
aku mengembara
mendengar nyanyian gemintang
antara waktu dan mauku
Mengapa sedumu bertanya dalam kalbuku?

Mendung, biarkan aku, tanpa cium
Kasihku di seberang sana
bisu tanpa tanya

Garis-garis langit, tersirat
dan bibir ini, kasih
mengucap salam duka
dalam kegaiban cinta

Di hutan belantara, gunung, lautan
dan lembah, berlagu
dalam gaung
cerminku retak
di malam putih

Musim bersanding
di telaga biru yang dingin
dan kau di depan jendela, kasihku
memejam mata

Mendung, biarkan aku, tanpa cium
sebelum panas menjalar
senyum di kaki langit pijar
melukai mimpi
yang sembunyi dalam hening mawar

Dalam hujan, guruh, petir
dan badai
kekasihku
kau pandang muka lukaku
dengan sayang

O, di seberang sana
kau singkap tirai
bersatu kita
dalam fana menggapai bumi ini
kukawini sepi

O, malam. Kau di depan jendela
ia datang merasuki dada
Kasih di seberang sana
mengetuk lagu dan ciumku

Kasih di seberang sana
terpisah sudah


1975

Sumber: Kebun di Belakang Rumah (1995)

Maman S. Tawie
Puisi: Kasih di Seberang Sana
Karya: Maman S. Tawie

Biodata Maman S. Tawie:
  • Maman S. Tawie adalah salah satu sastrawan asal Kalimantan Selatan.
  • Maman S. Tawie lahir pada tanggal 25 September 1957 di dusun Sei Tirik, desa Lokpaikat, kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
  • Karya-karyanya dimuat di berbagai media massa seperti Horison, Pelita, Banjarmasin Post, Dinamika Berita, Radar Banjarmasin, Angkatan Bersenjata, Merdeka, Kompas, Suara Karya, Zaman, Eksponen, dan Berita Buana.
  • Maman S. Tawie  meninggal dunia pada tanggal 7 April 2014 (pada usia 56 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Pada Siapa Zakse, dalam kenangan Kerikil menggeliat dalam genggaman batu berkeringat dalam kepalan bukan sangkur pengukir liang sembilan liang di tubuh pembangka…
  • CurutCurut dan tikus, kremi dan cwimiSepiring nasi putihKita telah menulis panjang sekaliGugusan-gugusan kasihDaun apa-apa, ulat keket di srikayaSemut beriring rayap menyayat mataU…
  • Padang KotakuPadang Kotaku. Suatu waktu nanti takkan lagi dengar ketipak terompa kuda.Padang kotaku. Suatu hari nanti takkan lagi dengar ringkik kuda.Padang kotaku. Suatu hari nant…
  • Sonetku (1)salib dan darahsatu sekuturangkul ini duniadi pengharapan tegas-tegasantara mentari di mentariSonetku (2)tonggak dan talipenggantungan lepaslinggatonggak antara:panjatan…
  • BukitBukit tanpa pohonan dan rumputanBukit gundul tanpa aspalSebuah danau penuh kurcaciSebuah kapal ada di laciSatu-satu tetes peluh dari pundakSatu-satu tubuh rebah tanpa gerakSer…
  • Kemarau Bukit kehilangan rimbun Cakap kehilangan santun Bumi keras; hatimu padas Bersama mengaum: lepas ... 1975Sumber: Luka Bunga (1991)Analisis Puisi:P…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.