Karaeng
Karaeng tegak di hulu kapalnyaMemandang ke ufuk yang gemetarOleh riuh badai. Di balik samudra
Dilihatnya dasar gelombangYang berpacuDidengarnya lagu darahYang mengembangkan layar-layar pinisiHingga ke pantai-pantai asingHingga ke benua-benua yang jauh
Dibiarkannya laksaan kata meletup-letup sekitarnyaBagai gelembung-gelembung pecahDia rindu pada kataYang menampakkan wajahnyaSeperti nama leluhurnya Yang Tewas di Ujung TanggaSeperti nama leluhurnya Yang Ditebas Batang LehernyaSeperti nama leluhurnya Yang Bersemayam di Balai PalangnyaDia rindu pada kataYang masih setiaLeluhurnya tidak memperalat kataTidak menunggangi kataTidak memantra kataTidak memoles-moles kataJadi sampah. Bersama dirinya
Karaeng tegak di hulu kapalnyaMemandang ke ufuk yang gemetarOleh riuh badai. Di balik samudra
Setelah kilat dan gelegarSetelah pengembaraan di tujuh benuaDia tak memerlukan GitaUntuk jadi nyataDia tak perlu jadi ParthaUntuk tegak di hulu kapalnya
Darah yang menggenggam tubuhnya adalah sisa murniSetelah harga dikukuhkanSetelah sele' dan kawaliSetelah leluhurnya menatap wajah sejarah yang dahsyatDari Benteng Somba Opu. Yang luruhDi depan armada KumpeniYang menikamkan keris saudara-saudaranya sendiriDan darah pun mengalir ke sepanjang Tanah JawaKe Sepanjang Malaka dan SumatraDi mana-mana ia memberikan kehidupanHarganya yang sebenarnya
Hanya yang berdarah berhak berkataSebab hanya dengan darah kehidupan ditegakkanSecara terhormatHanya dengan darah kehidupan merekahDan mengalir bukan sebagai buihAtau barang rongsokan
Pada waktunyaDarahnya akan mengalir pada lembar-lembar bukuPada puncak-puncak gunungPada tanah-tanah persawahanPada pabrik-pabrik yang gemuruhPada taman-taman bungaPada medan-medan bajaPada bunyi dan gerakPada bintang-bintangYang selalu dibaca leluhurnya
Maka Karaeng menengok kembali ke samudraYang bergolak dalam tubuhnya. MenangkapSayup denting musimSebab hari kian tak pasti
Sumber: Horison (Juni, 1990)
Karya: Mochtar Pabottingi
Biodata Mochtar Pabottingi:
- Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.