Puisi: Karaeng (Karya Mochtar Pabottingi)

Puisi | Karaeng | Karya | Mochtar Pabottingi |
Karaeng


Karaeng tegak di hulu kapalnya
Memandang ke ufuk yang gemetar
Oleh riuh badai. Di balik samudra

Dilihatnya dasar gelombang
Yang berpacu
Didengarnya lagu darah
Yang mengembangkan layar-layar pinisi
Hingga ke pantai-pantai asing
Hingga ke benua-benua yang jauh

Dibiarkannya laksaan kata meletup-letup sekitarnya
Bagai gelembung-gelembung pecah
Dia rindu pada kata
Yang menampakkan wajahnya
Seperti nama leluhurnya Yang Tewas di Ujung Tangga
Seperti nama leluhurnya Yang Ditebas Batang Lehernya
Seperti nama leluhurnya Yang Bersemayam di Balai Palangnya
Dia rindu pada kata
Yang masih setia
Leluhurnya tidak memperalat kata
Tidak menunggangi kata
Tidak memantra kata
Tidak memoles-moles kata
Jadi sampah. Bersama dirinya

Karaeng tegak di hulu kapalnya
Memandang ke ufuk yang gemetar
Oleh riuh badai. Di balik samudra

Setelah kilat dan gelegar
Setelah pengembaraan di tujuh benua
Dia tak memerlukan Gita
Untuk jadi nyata
Dia tak perlu jadi Partha
Untuk tegak di hulu kapalnya

Darah yang menggenggam tubuhnya adalah sisa murni
Setelah harga dikukuhkan
Setelah sele' dan kawali
Setelah leluhurnya menatap wajah sejarah yang dahsyat
Dari Benteng Somba Opu. Yang luruh
Di depan armada Kumpeni
Yang menikamkan keris saudara-saudaranya sendiri
Dan darah pun mengalir ke sepanjang Tanah Jawa
Ke Sepanjang Malaka dan Sumatra
Di mana-mana ia memberikan kehidupan
Harganya yang sebenarnya

Hanya yang berdarah berhak berkata
Sebab hanya dengan darah kehidupan ditegakkan
Secara terhormat
Hanya dengan darah kehidupan merekah
Dan mengalir bukan sebagai buih
Atau barang rongsokan

Pada waktunya
Darahnya akan mengalir pada lembar-lembar buku
Pada puncak-puncak gunung
Pada tanah-tanah persawahan
Pada pabrik-pabrik yang gemuruh
Pada taman-taman bunga
Pada medan-medan baja
Pada bunyi dan gerak
Pada bintang-bintang
Yang selalu dibaca leluhurnya

Maka Karaeng menengok kembali ke samudra
Yang bergolak dalam tubuhnya. Menangkap
Sayup denting musim
Sebab hari kian tak pasti


Sumber: Horison (Juni, 1990)

Mochtar Pabottingi
Puisi: Karaeng
Karya: Mochtar Pabottingi

Biodata Mochtar Pabottingi:
  • Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Perjalanan EmbunTak pernah aku luputDari gigil. Juga sebelum menjelmaTetes. Di tengah bayuYang bersijingkat ke utaraDini hariSelalu saja adaku ibarat liangDi tengah terowongan seme…
  • PastiPasti. Sesuatu telah terjadi pada bulanKala sebagai leontin kencana ia gemetarKetika kalung kulepas perlahan dari pualamJenjang lehermu2016Analisis Puisi:Puisi "Pasti" karya M…
  • Suara-SuaraSelalu dari rahim malam engkau bangkit mengusik akuHai suara-suaraJadi duka belantaraJadi lengking gerapaiLalu aku pun bersimpuh di pusar aksaraYang tak tertuliskanSelal…
  • Gracias A La VidaCamarku, camarkuKaukah yang menggurat lukaPada bianglalaKaukah yang merenggut bait-baitDari musim. Menyebarkan sembiluDi udara    Pada bayang-bayang …
  • KaraengKaraeng tegak di hulu kapalnyaMemandang ke ufuk yang gemetarOleh riuh badai. Di balik samudraDilihatnya dasar gelombangYang berpacuDidengarnya lagu darahYang mengembangkan l…
  • HarauSimak baik-baikGaris-garis hitam vertikal ituDi deretan panjang tebing batuDi situBerjilid-jilid tambo mustahil tuntasEngkau tuturkanLalu di bawah air terjunMemanjangGua bawah…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.