Puisi: Bencong-Bencong Kota Saduum (Karya Asep S. Sambodja)

Puisi | Bencong-Bencong Kota Saduum | Karya | Asep S. Sambodja |
Bencong-Bencong Kota Saduum


laki-laki mencintai laki-laki
perempuan mencintai perempuan
luth tak habis pikir,
ini zaman edan!

luth mencoba pakai logika
adam diberkahi hawa
untuk bercinta
dan berkembang biak
mengisi semesta raya
tapi laki-laki kota saduum,
ada sodom, lebih suka
sodomi dengan sesama lelaki
bencong deh!

kata-kata luth
tak mempan, bahkan istrinya
lebih merayakan kemaksiatan
bersama bencong-bencong
kota saduum
"jangan ganggu banci...
jangan ganggu banci..."
katanya

sebagai nabi
luth tak berdaya
mempermak moral para bencong,
pemuja homoseksual
—dan juga kaum lesbian—
suaranya lindap,
persis kaleng kosong yang dilempar
ke tengah gerombolan anjing liar
dan srigala
bahkan banyak banci gugat
yang ingin membungkamnya

adakah jalan terbaik
selain menghancurkan kota
yang sarat bencong
dan lesbong?

allah mengutus dua malaikat ganteng
untuk mengajak luth
dan keluarga
dan sedikit pengikutnya
meninggalkan kota saduum
yang pucat,
sebelum fajar tiba

bencong-bencong kota saduum
mengepung rumah luth
karena tahu ada dua pemuda ganteng
di dalam rumahnya
—siapa lagi yang membocorkan
kalau bukan istri luth sendiri
ember!—

bagai hyena yang lapar
mereka dobrak rumah luth
dan seketika itu pula
mereka buta
tak mampu melihat apa-apa
gelap gulita!
mereka saling tabrak
dan saling tubruk
seperti yang biasa mereka lakukan
tapi tak melihat!

buta!
buta!!!
au ah, gelap!

luth dan keluarga
dan sedikit pengikutnya
mengikuti malaikat itu
tinggalkan saduum
meski hari gelap

petir menyambar
guntur bergemuruh
dan bumi di bawah kota saduum
menggelegak
rumah-rumah rubuh
rumah-rumah terbalik
orang-orang rubuh
orang-orang terbalik
kepala di bawah
kaki di atas
laki-laki menindih laki-laki
perempuan menindih perempuan
batu-batu menindih laki-laki
batu-batu menindih perempuan
satu-satu mati terkubur
balok dan batu

"luth, jangan melihat ke belakang
berjalanlah lurus ke perbatasan,"
titah malaikat

tapi istri luth
tak ingin melupakan kenangan
dibuang sayang
ia menoleh ke belakang
dan ia membatu
seperti kena kutukan
—bagi pendurhaka

menjelang fajar
lingga-lingga kota saduum
rubuh
patah


Sumber: Ballada Para Nabi (2007)

Asep S. Sambodja
Puisi: Bencong-Bencong Kota Saduum
Karya: Asep S. Sambodja

Biodata Asep S. Sambodja:
  • Asep S. Sambodja lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 15 September 1967.
  • Karya-karyanya banyak dimuat di media massa, seperti Horison, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Jurnal Puisi dan lain sebagainya.
  • Asep S. Sambodja meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 9 Desember 2010 (pada usia 43 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.