Puisi: Salju Rebah (Diterjemahkan oleh Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Salju Rebah" menggambarkan keindahan dan ketenangan alam saat musim dingin. Dengan kata-kata yang sederhana namun mengena, puisi ini ...

Salju Rebah



Dikeharibaan pagi musimdingin
Rebahlah saiju

Salju seputihputih salju
Hening bunyinya hening
Aku akan menunduk lantas berdoa

Gundah memolesi bibirmu, Kekasih!
Apa kau juga sayang salju?

Rebah salju
Kini waktu sembahyang bersama


Sumber: Horison (Desember, 1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Salju Rebah" yang diterjemahkan oleh Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan keindahan dan ketenangan alam saat musim dingin. Dengan kata-kata yang sederhana namun mengena, puisi ini mengekspresikan perasaan kekaguman pada fenomena salju yang turun di pagi hari.

Deskripsi Keindahan Salju: Puisi ini dimulai dengan menyampaikan keharuman pagi musim dingin yang diterangi oleh kehadiran salju. Deskripsi salju sebagai sesuatu yang "putih-putih" menunjukkan kelembutan dan kesucian yang terkandung dalam fenomena alam ini.

Hening dan Doa: Dalam keheningan salju, pembicara puisi menyatakan niat untuk menunduk dan berdoa. Ini menciptakan suasana sakral dan khusyuk, di mana keheningan alam menjadi momen yang tepat untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta.

Gundah di Bibir Kekasih: Penyair menyampaikan perasaan gundah di bibir kekasih, menunjukkan bahwa keindahan salju juga membawa nuansa melankolis. Ini mungkin mencerminkan kerinduan atau kegelisahan yang terkait dengan musim dingin.

Pertanyaan pada Kekasih: Ada pertanyaan yang ditujukan pada kekasih, "Apa kau juga sayang salju?" Ini memberikan dimensi hubungan antara pembicara dan kekasihnya, serta mengeksplorasi apakah keindahan alam bisa menjadi sumber kekaguman bersama.

Waktu Sembahyang Bersama: Puisi diakhiri dengan ungkapan "Kini waktu sembahyang bersama," yang menandakan bahwa salju tidak hanya dianggap sebagai keindahan alam semata, tetapi juga sebagai titik awal atau peluang untuk bersama-sama merenung dan berdoa.

Puisi "Salju Rebah" adalah ungkapan kekaguman pada keindahan musim dingin, khususnya fenomena salju. Dengan menggabungkan elemen alam, keagamaan, dan nuansa perasaan pribadi, puisi ini berhasil menciptakan atmosfer yang kaya akan makna dan emosi.

Puisi: Jembatan
Puisi: Salju Rebah
Diterjemahkan oleh: Sutardji Calzoum Bachri
Karya asli: Jang— hi Lee

Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.