Puisi: Sajak Sepatu (Karya Abrar Yusra)

Puisi "Sajak Sepatu" karya Abrar Yusra mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan yang terus berubah dan perasaan konstan untuk mencari ...
Sajak Sepatu


Aku tak bisa duduk. Seperti makin lama makin menjadi korsi
yang kududuki ini. Akupun keluar rumah. Mulanya
ingat pacar tapi kata orang ia sudah pindah. Lantas jalan
mau menjenguk paman. Ah, ia sudah mati. Lalu menjenguk tetangga
tapi ia sedang pergi!
        Aku menapaki jalan tanah. Melewati pohonan
menjelajah ke sekitar, naik bukit turun lembah. Ke gunung
Ke laut. Ke langit. Pokoknya ke mana saja
yang bisa dicapai!
        Berkali-kali aku menukar sepatu dan menukarnya
lagi. Sepatu-sepatu yang kupakai cepat rusak dan dibuang
dalam perjalanan. Sepatu kulit. Sepatu karet. Sepatu plastik!
Sepatu-sepatu entah apa lagi. Yah, aku masuk
dalam sepatu lain. Sepatu-sepatu yang lebih cepat
Mulanya sepatu roda. Pedati. Sado. Kereta api. Bis antar kota
Lalu pesawat. Lalu Apollo! Nampaknya aku kian membutuhkan
sepatu-sepatu yang lebih baik dan lebih cepat
untuk merampungkan perjalanan tak berkesudahan ini
        Ingin tahu dan ingin cepat tahu
segala-galanya, lebih banyak dan lebih cepat
dalam umur kian singkat
        Rasanya hidup kian terburu-buru dan melelahkan juga!
        Kadangkala aku mengaso sekedar mengalami
hidup yang lain tapi tak ada tempat atau rumah satu-satunya
yang membuatku betah
        Dan kadangkala aku mulai cemas:
        Jangan-jangan tubuhku ini -- kok seperti sepatuku juga! -- 
sepatu paling awet tapi kian mengkhawatirkan ini
tak bisa kupakai lagi! Jangan mengaso dan hayo jalan
        Hah!


1983

Sumber: Horison (Juni, 1987)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Sepatu" karya Abrar Yusra adalah sebuah karya sastra yang merenungkan perjalanan hidup dan perasaan pengejaran yang tak ada hentinya.

Kehidupan yang Tak Dapat Diindahkan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang seseorang yang terus bergerak dalam hidupnya. Penyair merasa tidak bisa duduk dan merenung, seperti mengatakan bahwa kehidupan terlalu singkat untuk menunda. Ketidaknyamanan dengan duduk pada "korsi" ini bisa mencerminkan kegelisahan dan hasrat untuk mengalami lebih banyak dalam hidup.

Mengenang Orang-Orang yang Telah Berlalu: Puisi ini menyiratkan rasa kehilangan dengan menyebutkan seseorang yang sudah pindah, paman yang sudah meninggal, dan tetangga yang pergi. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan adalah serangkaian perpisahan dan perubahan.

Metafora Sepatu: Sepatu dalam puisi ini digunakan sebagai metafora untuk perjalanan hidup. Penyair menggambarkan perubahan sepatu yang digunakan untuk mencerminkan berbagai tahap dalam perjalanan hidup. Ada perasaan bahwa penyair terus bergerak, mengganti sepatu seiring waktu.

Keinginan Cepat Mengetahui: Ada dorongan untuk mengalami lebih banyak hal dan memahami lebih banyak. Penyair merindukan untuk cepat tahu "segala-galanya." Ini mungkin mencerminkan keinginan untuk meraih pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin dalam hidup.

Pertanyaan tentang Kehidupan yang Terburu-buru: Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang apakah hidup yang terlalu terburu-buru dan penuh perubahan adalah kehidupan yang memuaskan. Apakah sepatu-sepatu yang dipakai untuk meraih pengalaman baru sebanding dengan ketenangan dan pengalaman yang lebih dalam?

Rasa Tidak Betah dan Cemas: Penyair merasa tak betah dan cemas tentang tak dapat merasakan tempat atau rumah yang nyaman. Mungkin ini mencerminkan perasaan ketidakpuasan dan perubahan konstan dalam hidup.

Pesan Puisi: Puisi ini mungkin memberikan pesan tentang pentingnya mengejar pengalaman dan pengetahuan dalam hidup, tetapi juga merenungkan apakah hal itu harus selalu terburu-buru.

Puisi "Sajak Sepatu" adalah karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan yang terus berubah dan perasaan konstan untuk mencari lebih banyak dalam waktu yang singkat. Sepatu-sepatu dalam puisi ini menjadi simbol perjalanan hidup yang tak ada habisnya.

Abrar Yusra
Puisi: Sajak Sepatu
Karya: Abrar Yusra

Biodata Abrar Yusra:
  • Abrar Yusra lahir pada tanggal 28 Maret 1943 di Lawang Matur, Agam, Sumatra Barat.
  • Abrar Yusra meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 2015 di Bogor, Jawa Barat (pada umur 72 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Dongeng Sebelum Tidur (1)Itulah ular yang kau gambar tempo haridan diberi nilai delapan oleh ibu guru: ular itu bernama Siapa Sajabisanya luar biasaIalah yang telah menggoda bapa a…
  • (Akasia Bercerita)sebuah topi mahal jatuh di jalan rayapada suatu sore sesudah hujan lebattak dipungut kembali oleh pemiliknyaakasia tepi jalandengan butiran air di pucuk-pucuk dau…
  • Himbauan CangikTogog bladog. Bilung borokenAh, pada siapa pilihan kujatuhkan?Aku Cangik. Asal Tegal KarangAku bingung mengambil keputusanKalah cacak menang cacak, baiknyaKutolak se…
  • Sajak SepatuAku tak bisa duduk. Seperti makin lama makin menjadi korsiyang kududuki ini. Akupun keluar rumah. Mulanyaingat pacar tapi kata orang ia sudah pindah. Lantas jalanmau me…
  • ElegiAda yang membersit dari matamuNyala apiSejuta bunga tulip dalam genggam matahariO, sejuta bunga tulip dalam genggam sepiAku menjelangmuSepanjang April yang riuh(terdengar angi…
  • Negeri Mangga (1)angin berkecapatan                600 knot per mangga        kulikuli digaji    600 perak per…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.