Puisi: Sajak Segelas Susu (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Sajak Segelas Susu" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan ketidaknyamanan dan pertimbangan moral yang muncul saat seseorang menikmati ...
Sajak Segelas Susu

memandang segelas susu di meja
tiba-tiba terbayang wajah kelaparan
saudara-saudariku di retakan bencana
dan berjuta anak sejarah
yang terkapar tinggal kerangka

aku jadi tak tega meneguk susu itu
karena tiap kuangkat gelasnya
terdengar jerit tangis jasad-jasad luka
di kamp-kamp kotor daerah sengketa
jerit lapar berjuta anak kehidupan
yang berserakan di mana-mana

segelas susu di atas meja
adalah sari darah para pekerja
endapan derita petani-petani desa
sari air mata gelandangan
darah korban perang dan bencana

meneguk susu hangat tiap pagi
bisakah kau lupakan
derita saudara-saudarimu sendiri?

1992

Sumber: Sembahyang Rumputan (1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Segelas Susu" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan ketidaknyamanan dan pertimbangan moral yang muncul saat seseorang menikmati kesenangan sederhana sementara orang lain menderita.

Tema Ketidaksetaraan Sosial: Puisi ini menyoroti ketidaksetaraan sosial yang ada di dunia, di mana segelintir orang menikmati keberuntungan dan kenyamanan sementara banyak orang lain menderita dalam kekurangan dan penderitaan. Tema ini memunculkan pertanyaan moral tentang bagaimana kita menanggapi ketidakadilan sosial ini.

Penolakan Ketenangan Pribadi: Penyair mengekspresikan rasa tidak nyaman dan ketidakmampuan untuk menikmati kesenangan pribadi, dalam hal ini segelas susu, ketika dia menyadari penderitaan orang lain. Gambaran jeritan tangis jasad-jasad luka dan jerit lapar anak-anak yang menderita memberikan dimensi emosional yang kuat pada puisi ini.

Penolakan Terhadap Kemunafikan: Puisi ini menolak sikap kemunafikan di mana seseorang menutup mata terhadap penderitaan orang lain sementara menikmati kenyamanan sendiri. Penyair menantang pembaca untuk tidak melupakan derita saudara-saudaranya sendiri dan untuk mempertimbangkan kembali priviléginya.

Kritik terhadap Sistem Sosial: Puisi ini mencerminkan kritik terhadap sistem sosial yang menciptakan ketidaksetaraan dan penderitaan, seperti pekerja yang menderita, petani desa yang terpinggirkan, dan korban perang serta bencana. Penyair memperlihatkan bahwa segelas susu tidak hanya merupakan minuman, tetapi juga simbol dari penderitaan yang disembunyikan.

Panggilan untuk Tindakan dan Solidaritas: Dengan mengakhiri puisi dengan pertanyaan retoris, penyair membangkitkan kesadaran akan tanggung jawab sosial kita sebagai individu untuk bertindak dan menunjukkan solidaritas dengan mereka yang menderita. Ini menjadi panggilan untuk mengubah ketidakadilan sosial dan memperjuangkan keadilan bagi semua.

Puisi "Sajak Segelas Susu" adalah puisi yang menggambarkan pertentangan moral dalam menikmati kenyamanan pribadi sementara orang lain menderita. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang menggugah emosi, puisi ini membangkitkan kesadaran akan ketidaksetaraan sosial dan menyerukan tindakan serta solidaritas dalam menghadapi penderitaan orang lain.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Sajak Segelas Susu
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.