Puisi: Sajak Lapar (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Sajak Lapar" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan keadaan lapar dan haus dalam konteks pencarian yang mendalam akan makna dan kebenaran.
Sajak Lapar

iqrakku lapar tapi tak mau ikan
tak mau nasi tak mau tahu tak
mau buah kecuali buahmu
iqrakku haus tapi tak mau air
tak mau madu tak mau arak tak
mau anggur kecuali anggurmu

kalau buahmu tak ada
bagaimana kuharus melunasi laparnya
kalau anggurmu tak ada
bagaimana kuharus basahi kerongkongannya
kalau kau tak ada
bagaimana kuharus bilang padanya

iqrakku menjerit
menahan lapar
iqrakku merintih
menahan hausnya
bertahun-tahun aku tak bisa
melunasi janjiku padanya
kalau ia pergi
kuharus mencari di mana
katakan padaku:
tuhanku!

1991

Sumber: Sembahyang Rumputan (1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Lapar" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan keadaan lapar dan haus dalam konteks pencarian yang mendalam akan makna dan kebenaran.

Tema Kelaparan Spiritual: Puisi ini secara metaforis menggambarkan keadaan kelaparan dan haus yang lebih dalam, bukan hanya dalam konteks fisik, tetapi juga spiritual. Lapar dan haus di sini tidak hanya terkait dengan kebutuhan fisik akan makanan dan minuman, tetapi juga kebutuhan jiwa akan makna dan pemenuhan.

Metafora Pencarian Spiritual: Penyair menggunakan metafora iqrakku (membaca) untuk menggambarkan proses pencarian akan pemenuhan jiwa. Iqrakku yang lapar dan haus mencerminkan keinginan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam akan kebenaran dan makna hidup.

Ketergantungan pada Kebenaran: Penyair menunjukkan ketergantungannya pada kebenaran dan makna yang ditemukan dalam objek yang spesifik, seperti buah dan anggur yang diinginkan. Ini mencerminkan kebutuhan yang mendesak akan pemenuhan jiwa dan kebenaran yang hanya dapat ditemukan dalam objek atau individu tertentu.

Kehampaan Tanpa Kebenaran: Puisi ini juga mengekspresikan kehampaan dan keputusasaan ketika kebenaran atau objek yang diinginkan tidak ada. Tanpa buahmu, anggurmu, atau keberadaanmu, iqrakku merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan jiwa dan merasa terdampar dalam pencarian yang tidak berujung.

Pencarian Kehadiran Tuhan: Dalam kesimpulan puisi, iqrakku merintih dan menyerahkan diri pada Tuhan, mengakui keterbatasan dirinya dalam mencapai pemenuhan jiwa. Ini mencerminkan dorongan untuk mencari kehadiran Tuhan sebagai sumber kebenaran dan pemenuhan yang sejati.

Puisi "Sajak Lapar" adalah puisi yang menggambarkan keadaan lapar dan haus dalam pencarian akan makna dan kebenaran yang mendalam. Dengan menggunakan metafora dan gambaran yang kuat, puisi ini menyampaikan pesan tentang ketergantungan pada kebenaran dan kebutuhan jiwa yang mendesak.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Sajak Lapar
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.