Puisi: Ritus Jalan Raya (Karya Soni Farid Maulana)

Puisi "Ritus Jalan Raya" karya Soni Farid Maulana mengekspresikan kerinduan akan kehidupan yang lebih sederhana dan alam yang lebih alami, sambil ....
Ritus Jalan Raya

Waktu bagai embun (bagai curahan air hujan) bergulir
Di tangkai daun,
Adakah kaudengar seekor burung bernyanyi di ranting hatiku?
Suaranya alangkah parau. Menggetarkan dinding kota
Mengiring matahari condong ke barat. Meratapi anak-anak
Berderet sepanjang kaca etalase toko elektronika. Saat mereka
Menepuk-tangani fantasi-fantasi Amerika
Lewat rol film pada video cassette. Setelah terlebih dahulu
Mereka berpose dengan belencong yang padam di tangan. Dengan
Kelir sanubari tergulung di jalan ruhani - hingga gunungan
Hanya kekal dalam kenangan. Setelah mereka tasbihkan makna baru
Tanpa sepenuhnya mereka pahami di dunia mana berada!

O, bau kehidupan mengeras terbakar matahari
Peradaban demi peradaban bagai bayang-bayang berkelebat
Menyeret nilai demi nilai (menyengat bagai kelabang)
Hingga seekor burung yang bernyanyi di ranting hatiku
Membisikkan sunyi pada tembok beton dan baja
(Sebelum daun-daun sempat gugur) Dan kota hanyalah penjara
Berlantaikan keasingan. Kengerian demi kengerian
Dikekalkan bahasa dan tindakan - tanpa ampun! -
Sebagaimana tembang yang disuarakan nenek moyang,
Tinggal album tua! O, seribu anjing yang bertasbih di hadapanku
Menghendaki pertunjukan ini terus berlangsung
Setelah seribu toko serentak menawarkan harga kosmetik baru
Tapi bau amunisi menghendaki jantungku -
Mewarnai upacara pemakaman yang berlangsung secara gaib!

Tinggal debur jam. Menggema ke semesta perenungan. Mengekalkan
Sunyi Ilahi! O, hening cintamu semekar mawar
Tapi udara terus bergolak dalam tungku perapian
Tapi laut masih juga biru dan seribu hiu mengangakan rahangnya
Dan kesetiaan rumputan masih menghidupkan kambing
Di pelataran real-estate. Lalu dunia berputar dalam tanganku
Terluka oleh rangkaian zaman edan! Tanpa kompromi!

1985

Sumber: Para Penziarah (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Ritus Jalan Raya" karya Soni Farid Maulana adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan perubahan dalam peradaban dan hidup modern. Puisi ini menghadirkan gambaran tentang kompleksitas dan perubahan dalam kehidupan masyarakat yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi dan perubahan nilai-nilai budaya.

Perubahan dalam Peradaban: Puisi ini menggambarkan perubahan dalam peradaban dan cara hidup manusia modern. Puisi ini mencerminkan bagaimana teknologi, khususnya media visual seperti video cassette, telah memengaruhi cara anak-anak mengekspresikan diri dan mengkonsumsi budaya. Mereka berpose dengan senjata mainan (belencong) dan memainkan fantasi-fantasi Amerika yang diperoleh dari film-film. Namun, pada akhirnya, semuanya hanya menjadi kenangan.

Perlawanan terhadap Kebiasaan Modern: Puisi ini juga mengandung elemen perlawanan terhadap gaya hidup modern yang konsumtif dan serba cepat. Penggunaan kata "Mengiring matahari condong ke barat" mencerminkan bagaimana peradaban modern dapat mengubah nilai-nilai tradisional yang lebih lambat dan tenang. Puisi ini mendorong refleksi tentang bagaimana perubahan ini mempengaruhi individu dan masyarakat.

Kerinduan pada Alam dan Kehidupan yang Lebih Sederhana: Puisi ini mengekspresikan rindu akan kualitas hidup yang lebih sederhana dan alam yang lebih asli. Dalam penjara beton dan baja yang disebut sebagai kota, ada kerinduan akan alam yang lebih hijau dan hidup yang lebih tenang. Burung yang bernyanyi di ranting hati penyair menciptakan kontras antara kehidupan di kota dan keindahan alam.

Kritik terhadap Peradaban Modern: Puisi ini juga berfungsi sebagai kritik terhadap peradaban modern yang dianggap mengorbankan nilai-nilai tradisional dan mengorbankan kualitas hidup untuk kemajuan teknologi dan konsumsi. Bau amunisi menciptakan gambaran yang menakutkan, menunjukkan bagaimana peradaban modern juga berdampak pada kekerasan dan dehumanisasi.

Pesan Keseluruhan: Puisi ini merangkum pesan bahwa dalam perkembangan peradaban, seringkali ada kerugian yang terjadi bersamaan dengan kemajuan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan yang telah terjadi dalam hidup modern dan mempertanyakan apakah perubahan ini selalu positif.

Puisi "Ritus Jalan Raya" karya Soni Farid Maulana adalah sebuah karya yang mencerminkan perubahan dalam peradaban dan dampaknya pada individu dan masyarakat modern. Puisi ini mengekspresikan kerinduan akan kehidupan yang lebih sederhana dan alam yang lebih alami, sambil memberikan kritik terhadap peradaban modern yang terkadang mengorbankan nilai-nilai budaya dan kualitas hidup.

Soni Farid Maulana
Puisi: Ritus Jalan Raya
Karya: Soni Farid Maulana

Biodata Soni Farid Maulana:
  • Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
  • Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.