Percakapan
Likat lumpur tubuh perempuan
Adalah kesepian yang tiada henti dibentuk
Sang pematung menurut citranya sendiri
Ditatap dan dibetulkan letak lekuk tubuhnya
Yang diolahnya itu. Sebuah tungku perapian
Lalu dinyalakan. Disiapkan pembakaran
Kau bagiku adalah ruang yang kerap
Mengekalkan impian-impianku,
Ujarnya. Malam alangkah lindap dan sunyi
Hanya desir rumputan, desir pepohonan
Mungkin denting dedaunan dipetik angin
Cahaya bulan juga suara cengkrik
Menandai batu-batu dan menari dalam diam
Dalam huruf-huruf alam yang berkilauan
Di semesta terbuka
Kau adalah ruang bagi imajiku, tanah
Bagi tetumbuhan benihku yang kutanam tanpa
Nafsu, lanjut si pematung sambil
Menghaluskan arsiran palet pada celah berbukit
Di dinding bayang-bayang kelambu bergeseran
Di halaman cahaya lampu dan bulan tampak
Bersilangan, berayun-ayun di antara
Ranting yang dimainkan angin dan lolong
Anjing kegelapan di situ