Masih Ada Waktu
Raut sembilu wajah yang lugu
Entah karena tak tahu
Atau mungkin tak perlu tahu
Dengan hangatnya dunia yang fana ini
Membakar dan membeku segenap hati
Mungkin hanya untuk ingin tahu
Tapi harus mati dan sia-sia belaka
Dunia ini sarang cinta dan benci
Yang berubah seperti cuaca saja
Berkata cinta, kelak menjadi caci maki
O.... Apakah ini mimpi belaka?
Sehingga semua orang berperang
Bersilat lidah karena saling benci
Padahal awalnya dari segenap cinta
Hidup bagai misteri tertutup
Dalam kitab kehidupan yang telah rusak
Melapuk tertutup debu-debu kehidupan
Malaikat mana yang mau membukanya
Jika sedikit yang tertera namanya
Sedihlah Sang Kalik membacanya
Masih ada waktu untuk berubah
Yang benci, segeralah berdamai
Yang berhati jahat, sucikanlah diri
Ini bukan ucapan suci serupa ayat-ayat
Namun nasehat kecil untuk jadi besar
2023
Analisis Puisi:
Puisi "Masih Ada Waktu" karya Lalik Kongkar adalah refleksi mendalam tentang konsep waktu, perubahan, dan kesempatan untuk berubah.
Refleksi tentang Kehidupan dan Perubahan: Puisi ini dibuka dengan gambaran "raut sembilu wajah yang lugu", menciptakan suasana kepahitan dan kepolosan dalam menghadapi realitas kehidupan. Penulis menggambarkan dunia sebagai tempat yang hangat namun juga penuh dengan penderitaan dan konflik.
Dualitas Cinta dan Kebencian: Penulis menyoroti dualitas cinta dan kebencian dalam hubungan antarmanusia. Meskipun hubungan dimulai dengan cinta, namun bisa berubah menjadi konflik dan kebencian. Puisi ini mencerminkan ketidakstabilan emosional dan perubahan yang tak terduga dalam hubungan manusiawi.
Misteri Kehidupan: Penulis menggambarkan kehidupan sebagai sebuah misteri yang tertutup dan penuh dengan debu-debu kehidupan yang melapuk. Analogi ini mencerminkan ketidakpastian dan kompleksitas kehidupan manusia yang sulit dipahami.
Pesan tentang Perubahan dan Kesempatan: Meskipun penuh dengan ketidakpastian dan konflik, puisi ini menawarkan pesan optimis tentang kemungkinan perubahan dan kesempatan untuk memperbaiki hubungan. Penulis menekankan pentingnya berdamai dan membersihkan diri dari kebencian untuk menciptakan perubahan yang positif.
Puisi "Masih Ada Waktu" adalah puisi yang menyentuh tentang realitas kehidupan, perubahan, dan kesempatan untuk berubah. Dengan gaya bahasa yang mendalam dan reflektif, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusiawi dan pentingnya mengambil kesempatan untuk melakukan perubahan positif dalam kehidupan.