Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Hutan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Hutan" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan hutan sebagai tempat yang sarat dengan kehidupan, keajaiban, dan juga potensi bahaya.

Hutan (1)

untuk Ully Sigar Rusadi

hutan itu gericik air dari bukit sana
bermuara di galas dan cangkir kita;
hutan itu desau udara melintas cakrawala
lewat paru-paru dan pori-pori kita

hutan itu tempat tinggal Adam kakek kita
terlempar dari Sorga. Kita ke sana, Saudara

Sumber: Horison (September, 1987)

Hutan (2)

Hah, kita sampai di sini lagi! "Kita telah tersesat rupanya," katamu. Semakin sore hari. Pohon-pohon cemara tak teratur, jalan setapak menuruni tebing, suara air mengepung batu kali. Masih terdengar suara memanggil dari arah sana, mereka sudah meninggalkan kita.

Di seberang itu juga pohon-pohon cemara. Juga suara-suara yang sama. Dan semakin sore hari.

Mendadak ribut: lengking kelopak burung, jerit daun jatuh, gemuruh batu menahan air kali, teriak mereka yang masih terpisah dari kita. Hutan semakin merah oleh sore hari. Tak kaudengar aku memanggil namamu ketika kau bersorak dan tercebur dalam tamasya itu.

Sewaktu angin bertiup dari arah malam, suara-suara mereda bagai bulu burung, daun, dan lembar rambutmu yang lepas lalu hanyut di air kali. Kalau malam tiba nanti, siapa akan menuduh bahwa aku telah membunuhmu?

1973

Sumber: Mata Jendela (2001)

Analisis Puisi:

Puisi "Hutan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang mempersembahkan gambaran alam yang kaya akan makna dan simbolisme. Melalui dua bagian yang berbeda namun saling melengkapi, Sapardi menggambarkan hutan sebagai tempat yang sarat dengan kehidupan, keajaiban, dan juga potensi bahaya.

Bagian Pertama: Keajaiban Alam Hutan

Bagian pertama puisi "Hutan" menggambarkan keindahan alam hutan dengan bahasa yang puitis. Gericik air dari bukit, desau udara melintas cakrawala, semuanya digambarkan sebagai bagian dari hutan yang hidup dan bernyawa. Hutan di sini tidak hanya sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai tempat yang menghidupkan manusia dan menjadi bagian dari eksistensi kita sehari-hari. Referensi kepada Adam sebagai kakek kita, terlempar dari Sorga, menambah dimensi mitologis dan spiritual dalam hubungan manusia dengan alam.

Bagian Kedua: Ketegangan dan Keberadaan Manusia dalam Hutan

Bagian kedua memperlihatkan sisi lain dari hutan: ketegangan dan bahaya yang mungkin mengintai di balik keindahan alamnya. Kata-kata "tersesat" dan "lengking kelopak burung" menciptakan suasana yang tegang dan misterius. Hutan digambarkan sebagai tempat yang membingungkan dan menakutkan, di mana manusia dapat merasa terpisah dan terancam oleh alam. Suara-suara alam seperti lengking burung dan jerit daun jatuh memberikan nuansa kegelapan dan ketidakpastian.

Simbolisme dan Metafora

Sapardi menggunakan simbolisme yang kuat untuk mengeksplorasi hubungan antara manusia dan alam. Hutan tidak hanya menjadi latar tempat, tetapi juga menjadi cerminan dari kehidupan manusia itu sendiri. Suara-suara alam seperti air, angin, dan suara burung tidak hanya menghidupkan latar belakang puisi, tetapi juga menggambarkan perasaan dan emosi yang terjadi di dalamnya.

Pertanyaan Filosofis dan Kehidupan Manusia

Puisi ini menimbulkan pertanyaan filosofis tentang keberadaan manusia di alam semesta ini. Apakah manusia hanya pengamat atau bagian yang tak terpisahkan dari alam? Apakah kehadiran manusia di hutan adalah ancaman atau bagian dari kesatuan yang lebih besar? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong pembaca untuk merenungkan hubungan mereka sendiri dengan alam dan peran mereka dalam menjaga keharmonisan alam.

Bahasa dan Struktur

Sapardi menggunakan bahasa yang puitis dan struktur yang teratur untuk mengekspresikan pemikirannya tentang alam dan kehidupan. Puisi ini tidak hanya membangkitkan imaji yang kuat tetapi juga mengundang pembaca untuk merasakan dan menghayati setiap kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan alam.

Puisi "Hutan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang memikat dan mendalam, mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam serta pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang kehidupan dan eksistensi. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan simbolisme yang dalam, Sapardi berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang menggugah dan memberi pengalaman estetis yang mendalam kepada pembacanya.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Hutan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.