Puisi: Hijau Kuning (Diterjemahkan oleh Mochtar Lubis)

Puisi "Hijau Kuning" membawa pembaca pada sebuah perjalanan emosional yang luas dan menggambarkan beragam makna tentang kehidupan, keberanian, dan ...
Hijau Kuning

adalah warna negeri ini, jika engkau tambah
coklat, dan biru untuk langit, hitam untuk malam.

                Aku sedang membuka atau menutup
sebuah pintu pagar kawat, melangkah mengendarai mobil
untuk masuk dan ku lihat matanya, bulat, gelap
menatapku

                Sedetik ku sangka
dia seekor ular pemakan tikus tanah, tak berbahaya ... pernah aku
memelihara seekor selama setahun, jadi teman seerat yang dibolehkan
oleh seekor ular, amat sayang padanya
dan amat enggan melepaskannnya, agar dia dapat hidup di tempat dia mesti
hidup, dan aku di mana aku harus hidup ....

Lalu dia mengangkat kepala ularnya dan mataku
memandangi kelicinan hijau kekuningannya
hingga ke ekornya yang berbunyi berdiri tegak, dan bergerak-gerak

Aku tak mendengar bunyi ekornya, tetapi itu sebuah cerita
lain dari dentuman senjata api yang melingkupi masa mudaku. Sesaat aku
merasa tegang, aku kenal padanya, Musuh Lama, dihormati orang Indian dan
ayahku yang sama arifnya,
galaknya, tak kenal kompromi

                Aku tahu persaudaraan kami.
Ku ulurkan lenganku. Dia tidak menggulung badannya
tetapi juga tidak menjadi santai, dan aku mencangkung pas pas-an
di luar jangkauan serangannya. Kami berbicara. Aku mencoba
menjelaskan bahwa dia harus pindah dari jalan.
Aku tak hendak mencederainya. Seakan dia mengerti,
gerak ekornya berkurang, kepalanya
menurun, tapi dia bimbang, takut. khawatir
menghadapkan punggungnya pada manusia.

Aku tak dapat menyalahkannya. Aku juga lebih mempercayai ular dari
banyak orang lain, aku percaya pada kejujuran mereka yang cepat.
Akhirnya aku lontarkan beberapa gumpalan tanah kecil ke dekat kepalanya
agar dia dapat melihat, bahwa aku sanggup menyakitinya
tetapi memutuskan tidak berbuat demikian ... logika yang dipahami binatang
liar.

Dia merangkak pergi, tubuhnya yang indah menyala ditimpa matahari
petang, ekornya diam dan tak sadar lenganku menggapai
ke arahnya.

                Aku, ingin dapat mengikutinya dan serta
dalam dunianya yang panas berburu dan menyinta, mengikat diriku dalam
sebuah bola dengan dia, dan dengan saudara lelaki dan perempuannya, tidur
sepanjang musim dingin yang panjang, bermimpi tentang kelinci dan tikus,
upacara musim bunga yang manis

Seorang peternak esok paginya membunuh seekor ular
Dia berkata ular itu amat mirip dengan kawanku.

Warna negeri ini adalah darah dan tulang.

Sumber: Horison (Juli, 1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Hijau Kuning" yang diterjemahkan oleh Mochtar Lubis adalah sebuah penggambaran yang penuh warna-warni akan kehidupan dan kondisi alam semesta. Melalui perumpamaan ular hijau kekuningan, penyair mengekspresikan beragam makna yang berkisar pada kehidupan, keberanian, dan juga persahabatan.

Simbol Warna dan Alam: Penyair menggunakan warna sebagai simbol yang mencerminkan keberagaman negeri. "adalah warna negeri ini, jika engkau tambah coklat, dan biru untuk langit, hitam untuk malam." Ini menggambarkan kekayaan dan keberagaman alam serta kehidupan dalam sebuah negara yang diwarnai oleh keberagaman budaya dan alam.

Ular sebagai Metafora: Penyair menggambarkan pertemuan dengan ular, yang bisa menjadi metafora dari konflik dan perjuangan dalam kehidupan. Deskripsi yang sangat rinci tentang ular ini melambangkan kehidupan, keberanian, dan juga pertemuan dengan "Musuh Lama," sebuah simbol dari konflik yang telah lama terjadi.

Dialog dan Kesadaran: Dalam deskripsi pertemuan dengan ular, ada elemen dialog yang menunjukkan usaha untuk berkomunikasi dan mencapai pemahaman. "Aku mencoba menjelaskan bahwa dia harus pindah dari jalan." Ini mencerminkan usaha penyair untuk mencari pemahaman dan penyelesaian yang damai.

Perubahan dan Perpisahan: Dalam perpisahan dengan ular, penyair menunjukkan keinginan untuk mengikuti ular ke dalam dunianya, mungkin sebagai metafora perubahan atau perjalanan spiritual. "Aku, ingin dapat mengikutinya... dalam dunianya yang panas berburu dan menyinta." Ini menunjukkan keinginan untuk memahami kehidupan dan dunia dari perspektif yang berbeda.

Puisi "Hijau Kuning" membawa pembaca pada sebuah perjalanan emosional yang luas dan menggambarkan beragam makna tentang kehidupan, keberanian, dan persahabatan. Melalui penggambaran ular dan deskripsi yang kaya akan rincian, Mochtar Lubis membawa pembaca dalam perjalanan mendalam tentang konflik, percakapan, perubahan, dan pemahaman akan kehidupan dan alam semesta. Penyair menggunakan elemen alam dan perumpamaan dengan ular untuk mengilustrasikan kompleksitas dan keberagaman dalam kehidupan.

Mochtar Lubis
Puisi: Hijau Kuning
Diterjemahkan oleh: Mochtar Lubis
Karya asliKeith Wilson

Biodata Mochtar Lubis:
  • Mochtar Lubis adalah salah satu penulis puisi, novel, cerpen, penerjemah, pelukis, dan sekaligus jurnalis ternama.
  • Mochtar Lubis lahir pada tanggal 7 Maret 1922 di Padang, Sumatera Barat.
  • Mochtar Lubis meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 2004 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.