Gamelan Mati
Negeriku tempat matahari muncul dan terbenam
tempat kadal dan kerbau bermandikan lumpur sawah
ternoda darahku dipancong cangkul yang dendam.
Gemuruh mesin pabrik yang kau bangun di situ
melindas alu dan lesung di gudangku, membuat diriku
kehilangan jam kerja; sumber hidupku.
Negeriku tempat matahari muncul dan terbenam, mencat
hutan tropis; hutan yang habis dibakar kebuasan
kota besar; yang menggerogoti ampela kehidupan.
Sapi perahan bergoyang dengan dahsyat
seirama lecut peradaban. Seirama jam kerja
menyeret gerbong kapitalisme; hingga gedung-gedung
menggilas pekuburan. Dengar, kota yang buas
mencuri perawan di dasar malam, bikin bulan terluka
dan pingsan di jalan raya. Kini udara yang kau hirup
tak kukenal lagi aromanya. Tak kudengar lagi
jerit si miskin yang menyeruak dari timbunan sejarah
dibakar matahari, ditampar hujan, dilumat kegelapan;
berumah kesepian, dan keasingan metropolitan.
Kelam dan dalam. O, negeriku.
1986-1987
Sumber: Kita Lahir Sebagai Dongengan (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Gamelan Mati" karya Soni Farid Maulana adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kehilangan, kekejaman peradaban modern, dan dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.
Gambaran Tentang Negeri: Penyair menggambarkan negerinya sebagai tempat di mana matahari terbit dan tenggelam, di mana alam masih menggeliat dengan kehidupan tradisional. Namun, keindahan dan keaslian alam tersebut dihancurkan oleh tindakan manusia yang serakah dan tanpa belas kasihan.
Konflik Antara Tradisi dan Modernitas: Puisi ini memperlihatkan konflik antara tradisi dan modernitas, antara kehidupan pedesaan yang sederhana dan kehadiran industrialisasi yang menghancurkan lingkungan alam dan kehidupan masyarakatnya. Mesin pabrik dan kota besar digambarkan sebagai pembawa kehancuran, melupakan nilai-nilai budaya dan alam.
Metafora "Gamelan Mati": Judul puisi, "Gamelan Mati", menjadi metafora untuk kehilangan dan keheningan yang terjadi akibat perubahan yang dibawa oleh modernitas. Gamelan, alat musik tradisional Jawa, merupakan simbol dari kekayaan budaya yang terancam punah akibat pengaruh modernisasi yang tidak menghargai warisan budaya.
Kritik Sosial dan Lingkungan: Penyair mengkritik ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan dan dampak negatifnya terhadap kehidupan. Pabrik-pabrik yang menghancurkan alam, kota besar yang menghisap energi dan kehidupan masyarakat pedesaan, semuanya menjadi gambaran kejamnya peradaban modern.
Kesedihan dan Kekecewaan: Puisi ini menciptakan suasana kesedihan dan kekecewaan atas kehilangan nilai-nilai tradisional dan keindahan alam. Penyair meratapi kehilangan aroma dan suara alam yang dulu dikenalnya, serta kesepian dan keasingan yang dirasakan di tengah gemerlapnya kota metropolitan.
Puisi "Gamelan Mati" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kehilangan, kekejaman peradaban modern, dan dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Dengan menggunakan gambaran alam dan metafora yang kuat, puisi ini membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya dan lingkungan alam demi keberlangsungan kehidupan manusia.
Puisi: Gamelan Mati
Karya: Soni Farid Maulana
Biodata Soni Farid Maulana:
- Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
- Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.