Puisi: Di Sisimu (Karya Soni Farid Maulana)

Puisi "Di Sisimu" menggambarkan sebuah momen yang dinantikan dengan keindahan bahasa dan imaji-imaji yang memikat. Penyair berhasil menyampaikan ...
Di Sisimu

aku tahu, hari itu akan tiba di luar kata dan cuaca
detik ini. Dan kau mendesah saat telapak tanganku
mengusap pundakmu.
rambutmu hitam
bagai ribuan garis tinta cina
dalam sebuah drawing Picasso
di sebuah galeri

dekaplah aku meski bukan
untuk yang terakhir kali. Angin terasa dingin
di batin. Pekik camar laut
mengguncang dinding kota. Mata arloji
menaksir detak jantungku,
di sisimu. Cahaya bulan menyentuh
miring tubuhku.

2005

Sumber: Angsana (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Sisimu" karya Soni Farid Maulana adalah sebuah karya yang memadukan indahnya bahasa dengan gambaran-gambaran imaji yang kuat. Melalui ungkapan-ungkapan poetiknya, penyair berhasil menyampaikan perasaan dan momen tertentu dengan keindahan yang menggugah perasaan pembaca.

Makna dan Nostalgia: Puisi ini menciptakan suatu gambaran akan momen yang terasa khusus dan diantisipasi oleh penyair. Ungkapan "hari itu akan tiba di luar kata dan cuaca" membawa nuansa kepastian dan keunikan. Pembaca dibawa untuk merenung tentang momen tersebut dengan rasa nostalgia.

Deskripsi Visual yang Kuat: Penyair menggunakan gambaran visual yang kaya dan mendalam. Rambut hitam yang dibandingkan dengan "ribuan garis tinta Cina" menciptakan citra visual yang kuat, memberikan kekayaan pada bahasa dan membangun suasana puisi.

Sentuhan Romantis dan Kesejukan: Penggunaan gambaran seperti "telapak tanganku mengusap pundakmu" dan "dekaplah aku meski bukan untuk yang terakhir kali" membawa sentuhan romantis dalam puisi. Sejalan dengan itu, ada nuansa kesejukan dalam baris "Angin terasa dingin di batin," menciptakan kontras antara kehangatan dalam hubungan dan dinginnya suasana.

Imaji dan Musikalitas Kata: Penyair menggunakan imaji-imaji yang dapat membangun citra yang indah dalam benak pembaca. Pekik camar laut, detak jantung, dan cahaya bulan menciptakan atmosfer yang hidup. Selain itu, rima dan ritme dalam penggunaan kata-kata seperti "detik ini," "telapak tanganku," dan "miring tubuhku" memberikan kesan musikal pada puisi.

Ketidakpastian dan Keindahan Malam: Penyair menggambarkan ketidakpastian dengan menyebutkan "hari itu akan tiba di luar kata dan cuaca" dan mengimbanginya dengan keindahan malam. Cahaya bulan yang "menyentuh miring tubuhku" menciptakan citra visual keindahan malam yang juga dapat diartikan sebagai keindahan dalam momen bersama.

Puisi "Di Sisimu" menggambarkan sebuah momen yang dinantikan dengan keindahan bahasa dan imaji-imaji yang memikat. Penyair berhasil menyampaikan nuansa romantisme, kehangatan hubungan, dan ketidakpastian melalui penggunaan kata-kata yang penuh makna. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keunikan dan keindahan dalam momen yang spesial.

Soni Farid Maulana
Puisi: Di Sisimu
Karya: Soni Farid Maulana

Biodata Soni Farid Maulana:
  • Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
  • Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.