Puisi: Lagu tentang Seorang Penabuh Gender (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Lagu tentang Seorang Penabuh Gender" karya Linus Suryadi AG mengajak pembaca untuk menghargai keindahan dan kehalusan seni tradisional, ...

Lagu tentang Seorang Penabuh Gender


Ia berleher jenjang dan rambutnya blonde
Ia tak berkutang dan tubuhnya semampai
Dengan langkah pelan ia pun siap latihan
Ia menjalin gending dengan tusuk konde

Lempeng-lempeng gender pun menyapa ruang
Suara ulem merambat ke luar longkangan
Dengan simpuh di tikar ia meramu gumam
Bau kembang harum mengambar dari dalam

O wanodya ayu, dari mana melintas bayang
Yang selaksa hari mereksi Ladrang Barang
Yang selaksa sepi tak pernah tergoyahkan
Dari manakah kamu? Kahyangan Cakra Kembang?

Tiada gaung yang lebih agung dari kenangan
Tiada keluh yang lebih trenyuh dari dambaan
Suara yang mendayu nglangut menembus kalbu
O dari mana perkutut manggung, dari dalam kurungan?

Sumber: Tonggak (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu tentang Seorang Penabuh Gender" karya Linus Suryadi AG adalah karya yang penuh dengan keindahan bahasa dan kaya akan nuansa budaya Jawa. Dengan menggambarkan seorang wanita yang memainkan alat musik gender, puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh dengan estetika dan simbolisme.

Tema Utama

  • Keindahan Budaya Jawa: Tema utama dalam puisi ini adalah keindahan budaya Jawa, yang diwakili oleh penabuh gender. Penabuh gender menjadi simbol seni tradisional yang mempesona, dengan gerakan halus dan musik yang mendayu.
  • Estetika dan Seni: Puisi ini juga mengeksplorasi tema estetika dan seni. Deskripsi fisik penabuh gender dan cara ia memainkan alat musik mencerminkan kecantikan dan kehalusan seni tradisional Jawa.
  • Kenangan dan Kerinduan: Tema kenangan dan kerinduan juga muncul dalam puisi ini. Musik yang dimainkan oleh penabuh gender mengingatkan pada kenangan lama dan perasaan rindu yang mendalam.

Teknik Sastra

  • Imaji: Linus Suryadi AG menggunakan imaji yang kuat dalam puisi ini. Gambaran tentang penabuh gender yang berleher jenjang, rambut blonde, dan tubuh semampai, serta bau kembang yang harum, menciptakan gambaran visual yang jelas dan memikat.
  • Simbolisme: Alat musik gender dan penabuhnya menjadi simbol keindahan dan kehalusan budaya Jawa. Selain itu, istilah "wanodya ayu" dan "kahyangan Cakra Kembang" mengacu pada kecantikan dan dunia mistis dalam budaya Jawa.
  • Rima dan Ritme: Puisi ini memiliki ritme yang mengalir dengan rima yang indah, menciptakan suasana yang selaras dengan tema musik dan keindahan.

Makna

  • Simbol Keindahan Budaya Jawa: Penabuh gender dalam puisi ini menjadi simbol keindahan budaya Jawa. Gerakannya yang halus dan musik yang dimainkan mencerminkan kecantikan seni tradisional yang masih relevan dan dihargai.
  • Penghargaan terhadap Seni dan Tradisi: Melalui deskripsi yang rinci dan penuh apresiasi, puisi ini menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap seni dan tradisi. Hal ini mengingatkan pembaca akan pentingnya melestarikan dan menghargai warisan budaya.
  • Renungan tentang Kenangan dan Kerinduan: Musik yang dimainkan oleh penabuh gender membangkitkan kenangan dan perasaan rindu. Ini menunjukkan bagaimana seni dapat menjadi medium untuk menghubungkan masa lalu dengan masa kini, serta menggali perasaan yang dalam.
Puisi "Lagu tentang Seorang Penabuh Gender" karya Linus Suryadi AG adalah puisi yang indah dan kaya akan simbolisme budaya Jawa. Melalui penggunaan teknik sastra seperti imaji, simbolisme, dan rima, puisi ini berhasil menyampaikan tema keindahan budaya, estetika seni, dan renungan tentang kenangan dan kerinduan. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai keindahan dan kehalusan seni tradisional, serta merenungkan perasaan yang dibangkitkan oleh musik dan kenangan. Dengan begitu, puisi ini tidak hanya menjadi karya sastra yang memikat, tetapi juga sebuah penghormatan terhadap warisan budaya yang berharga.

Linus Suryadi AG
Puisi: Lagu tentang Seorang Penabuh Gender
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.