Puisi: Putih (Karya Nersalya Renata)

Puisi "Putih" karya Nersalya Renata menggambarkan bagaimana warna putih menjadi simbol dari berbagai norma sosial dan tekanan untuk mematuhi ...
Putih

di sini, putih adalah pusat. tujuan dari setiap
perjalanan. semua berlomba untuk menjadi putih.
tampak putih. seolah-olah putih. berpura-pura
putih. bermuka putih. berpikiran putih.
bertingkah laku putih. berkata-kata putih.
berjalan di jalan yang putih.
mengerjakan pekerjaan yang putih. berkeyakinan putih.
bermimpi putih.
berteman dengan teman yang putih.

Jakarta, 2011

Sumber: Lima Gambar di Langit-Langit Kamar (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Putih" karya Nersalya Renata menyelidiki konsep warna putih sebagai simbol kesucian, kepatuhan, dan kecenderungan sosial yang mendalam. Dalam puisi ini, warna putih bukan hanya sebagai warna, tetapi sebagai metafora untuk berbagai aspek dari kehidupan dan perilaku manusia yang berusaha memenuhi standar tertentu. Melalui repetisi dan penekanan, Nersalya Renata mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan implikasi dari dorongan untuk menjadi "putih" dalam berbagai aspek kehidupan.

Puisi ini dimulai dengan penegasan bahwa "di sini, putih adalah pusat. tujuan dari setiap perjalanan." Putih di sini diposisikan sebagai standar utama atau pusat dari pencarian dan aspirasi manusia. Ini mengindikasikan bahwa banyak orang menganggap putih sebagai simbol ideal yang harus dicapai atau dipenuhi.

Penyair kemudian menggambarkan berbagai cara orang berusaha untuk mencapai "putih":
  • "Semua berlomba untuk menjadi putih": Menggambarkan kompetisi sosial untuk mencapai atau mempertahankan kesan "putih."
  • "Tampak putih": Menunjukkan usaha untuk memproyeksikan citra putih kepada orang lain.
  • "Seolah-olah putih": Mengacu pada kepura-puraan atau penampilan yang tidak asli.
  • "Berpura-pura putih": Menggambarkan tindakan yang disengaja untuk menampilkan diri sebagai putih, meskipun mungkin tidak sepenuhnya benar.
  • "Bermuka putih": Menyiratkan penampilan atau ekspresi yang menunjukkan kepatuhan pada standar putih.
  • "Berpikiran putih": Mengacu pada pola pikir atau ideologi yang dianggap "putih" atau sesuai dengan standar tersebut.
  • "Bertingkah laku putih": Menunjukkan perilaku yang mengikuti norma-norma yang dianggap putih.
  • "Berkata-kata putih": Menggambarkan ucapan atau bahasa yang mencerminkan standar putih.
  • "Berjalan di jalan yang putih": Menggambarkan perjalanan hidup yang mengikuti jalur yang dianggap benar atau bersih.
  • "Mengerjakan pekerjaan yang putih": Mengacu pada jenis pekerjaan atau aktivitas yang sesuai dengan standar putih.
  • "Berkeyakinan putih": Menunjukkan kepercayaan atau keyakinan yang dianggap putih.
  • "Bermimpi putih": Menggambarkan aspirasi dan impian yang sesuai dengan konsep putih.
  • "Berteman dengan teman yang putih": Mengacu pada hubungan sosial yang mengikuti standar putih.

Tema dan Makna

Tema utama dari puisi ini adalah penekanan pada kepatuhan sosial dan tekanan untuk mematuhi standar yang dianggap ideal atau bersih. Konsep putih dalam puisi ini bisa dianggap sebagai simbol dari kesucian atau norma sosial yang tinggi, di mana banyak orang merasa terdorong untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi tersebut, baik dalam penampilan, pemikiran, maupun perilaku mereka.

Penyair menggunakan repetisi untuk menyoroti betapa mendalamnya tekanan sosial untuk memenuhi standar putih, serta bagaimana hal itu bisa mempengaruhi berbagai aspek kehidupan individu. Repetisi juga menciptakan efek yang menekankan kekuatan dan dominasi dari konsep putih dalam masyarakat.

Refleksi Sosial

Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana masyarakat mendefinisikan dan mengejar ideal tertentu, serta dampaknya terhadap individu. Apakah tekanan untuk menjadi putih atau memenuhi standar tertentu membuat kita lebih autentik atau justru semakin terasing? Nersalya Renata menggambarkan proses ini sebagai suatu bentuk pencapaian yang tidak hanya mempengaruhi penampilan luar, tetapi juga mempengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan berhubungan dengan orang lain.

Puisi "Putih" karya Nersalya Renata adalah puisi yang menggugah pikiran dan menggambarkan bagaimana warna putih menjadi simbol dari berbagai norma sosial dan tekanan untuk mematuhi standar ideal. Dengan menggunakan repetisi dan simbolisme yang kuat, penyair mengeksplorasi konsekuensi dari dorongan untuk menjadi putih dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kesucian dan kepatuhan dalam konteks sosial, serta dampaknya terhadap identitas dan hubungan pribadi.

Nersalya Renata
Puisi: Putih
Karya: Nersalya Renata

Biodata Nersalya Renata:
  • Nersalya Renata lahir pada tahun 1981 di Bandar Jaya, Lampung Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.