Puisi: Kasidah Embun (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Kasidah Embun" membawa pembaca melalui perjalanan visual dan emosional melalui alam semesta. Dengan menggunakan gambaran alam dan elemen ....

Kasidah Embun


Ingin sedingin batu-batu
Yang diam menatapmu. Kesunyian yang tumbuh
Bangkit dari punggung embun dan mengembara
Menyalami angin dan udara. Malam telah mengunyah
Bintang-bintangnya dan langit bersujud pada bumi
Yang menyimpan cahaya pagi. Bagai geliat jam
Matahari bertawaf siang dan malam:
Berebut tempat dengan bulan yang pendiam

1984

Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Kasidah Embun" karya Acep Zamzam Noor adalah karya sastra yang indah dan mendalam, membawa pembaca ke dalam alam semesta yang penuh dengan keajaiban alam.

Kesejukan Batu-Batu: Dengan memulai puisi dengan baris "Ingin sedingin batu-batu," penyair mengekspresikan keinginan untuk memiliki ketenangan dan kesejukan yang diwakili oleh batu. Batu-batu yang diam menatap menciptakan citra ketenangan dan keheningan.

Embun sebagai Simbol Kesunyian: Kata-kata "Kesunyian yang tumbuh / Bangkit dari punggung embun" mengeksplorasi embun sebagai simbol kesunyian yang tumbuh dari alam. Embun menggambarkan ketenangan dan ketenangan yang melibatkan alam.

Perjalanan Kesunyian: Puisi ini melanjutkan dengan menggambarkan perjalanan kesunyian yang "mengembara / Menyalami angin dan udara." Ini menciptakan gambaran embun yang bergerak melintasi alam, menyebar ketenangan dan ketenangan ke sekitarnya.

Malam yang Memakan Bintang: Pembaca diperkenalkan pada gambaran malam yang "mengunyah / Bintang-bintangnya." Ini bisa diartikan sebagai perubahan atau peralihan, mungkin dari kegelapan menuju fajar.

Langit yang Bersujud pada Bumi: Ungkapan "langit bersujud pada bumi" menciptakan gambaran keagungan dan kerendahan hati alam semesta. Ini mungkin merujuk pada siklus alam dan interaksi harmonis antara langit dan bumi.

Geliat Jam Matahari: Kata-kata "Bagai geliat jam / Matahari bertawaf siang dan malam" menciptakan gambaran gerakan matahari yang teratur dan terus-menerus, membentuk waktu dan mengatur siklus kehidupan.

Persaingan dengan Bulan: Penyair merinci hubungan antara matahari dan bulan, yang "berebut tempat." Ini dapat diartikan sebagai pertarungan abadi antara siang dan malam, antara terang dan gelap.

Puisi "Kasidah Embun" membawa pembaca melalui perjalanan visual dan emosional melalui alam semesta. Dengan menggunakan gambaran alam dan elemen alam sebagai metafora, penyair menyampaikan pesan tentang keheningan, perubahan, dan keindahan yang terdapat dalam kesejukan embun dan gerak langit. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam dan keajaiban yang tersembunyi di dalamnya.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Kasidah Embun
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.