Twitter Sebagai Alat Penggiring Opini

Jika membicarakan tentang kemajuan teknologi, sudah pasti tak luput dalam pikiran kita tentang media sosial. Media sosial merupakan suatu situs ....

Tak bisa dipungkiri bahwa di era globalisasi ini, kita sangat membutuhkan teknologi. Bisa kita lihat bahwa semakin hari, semakin berkembang canggih teknologi, terutama dalam bidang Telekomunikasi dan Informatika (IT).

Jika membicarakan tentang kemajuan teknologi, sudah pasti tak luput dalam pikiran kita tentang media sosial. Media sosial merupakan suatu situs jaringan sosial seperti layanan berbasis web yang memungkinkan setiap orang dapat membangun profil publik. Media daring ini dapat digunakan untuk mengetahui daftar-daftar pengguna yang sedang terhubung dengan mereka dan menjelajahi daftar koneksi yang dibuat oleh orang lain dengan menggunakan suatu sistem (Henderi et al, 2007).

Jadi secara umum, media sosial adalah situs daring yang memfasilitasi penggunanya untuk saling berkomunikasi entah melalui pesan, telfon, foto, maupun vidio.

Jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), ada 210,03 juta pengguna internet di dalam negeri pada periode 2021-2022.

Jumlah itu meningkat 6,78% dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebesar 196,7 juta orang.

Berdasarkan survey We Are Social, salah satu media sosial yang paling sering digunakan di Indonesia adalah Twitter. Jumlah pengguna Twitter sendiri di Indonesia mencapai 18,45 juta pada 2022.

Jumlah tersebut setara dengan 4,23% dari total pengguna Twitter di dunia yang mencapai 436 juta.

Twitter merupakan media sosial yang berpengaruh besar terhadap perkembangan informasi. Twitter dipandang sebagai media sosial yang bebas dan mudah menyebar ke banyak orang sehingga tak jarang membuat penggunanya kerap kali merasa susah untuk menyaring yang mana berita faktual dan mana berita palsu.

Karena kebebasan Twitter, tidak jarang Twitter dijadikan sebagai alat untung menggiring opini publik, terutama politik. Twitter menjadi tempat berkumpulnya para aktivis, jurnalis, pejabat, masyarakat, dan sebagainya, sehingga Twitter merupakan sasaran yang bagus untuk penggiringan opini.

Contoh yang baru saja terjadi adalah kasus Kanjuruhan. Pada awalnya, warga Twitter menyalahkan para pendukung klub sepak bola berasal dari Malang yang biasanya disebut Aremania. Tak sedikit pengguna Twitter yang menyalahkan Aremania yang bersifat fanatik memasuki lapangan saat tim favoritnya dalam sepak bola kalah.

Namun setelah banyaknya thread klarifikasi dari korban yang menonton langsung, warga Twitter langsung merasa bersimpati kepada para korban dari klub penggemar sepak bola Arema dan menyalahkan polisi karena menembakkan gas air mata.

Hingga sampai saat ini, peristiwa Kanjuruhan masih menjadi topik hangat di Twitter seiring dengan penyelidikan peristiwa tersebut.

Twitter Sebagai Alat Penggiring Opini

Salah satu contoh yang disebutkan di atas adalah contoh penggiringan opini positif untuk mengawal penyelidikan peristiwa Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang. Namun, tidak selamanya penggiringan opini bersifat positif, banyak pejabat dan aktivis partai politik yang saling menjatuhkan lawannya untuk kepentingan pribadi, tidak sedikit juga yang menggunakan berita palsu (hoax).

Cepatnya platform Twitter dalam menyebarkan informasi dapat berdampak menjadi penggiringan opini publik yang bersifat positif dan negatif.

Oleh sebab itu, sebagai pengguna teknologi, kita harus bisa memberikan batasan-batasan dan menanamkan kesadaran untuk memilah informasi yang tersebar luas.

Sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi demokrasi, kita juga bisa mengkritik penggiringan opini yang bersifat negatif dan dapat memecah belah bangsa.

Biodata Penulis:

Aura Kesya Putri Nabila saat ini aktif sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.