Termaktub
Bangunan kokoh menjulang tinggi
Berjajar, berbaris rapi
Derap langkah yang sia-sia
Namun dibaliknya ada ma'na berharga
Karena setiap yang kan dilalui
Akan tercatat oleh sang pencatat kanan kiri
Tak bisa mengelak
Karena semua telah termaktub
Di Lauhul Mahfudz
Tak bisa menghindar
Karena takdir akan tetap mengejar
Skenario yang Allah tetapkan
Tak bisa kita lepaskan
Semua telah melekat
Pada takdir Tuhan
Jetak, 1 Februari 2021
Analisis Puisi:
Puisi "Termaktub" karya Rizqiyatul Hidayah menghadirkan gagasan tentang takdir dan ketetapan yang telah tertulis secara ilahi. Analisis terhadap puisi ini mengungkapkan pemahaman akan takdir dan keyakinan akan ketetapan yang tersemat dalam setiap langkah kehidupan.
Metafora Bangunan: Penyair menggunakan metafora bangunan sebagai representasi struktur dan ketetapan yang teguh dalam kehidupan. Sebagaimana struktur bangunan yang tegak, demikian juga ketentuan yang sudah ditetapkan yang menjulang di kehidupan kita.
Derap Langkah dan Maknanya: Derap langkah yang tak jarang terasa sia-sia dalam puisi ini merujuk kepada perjalanan hidup yang terkadang terasa tak berarti atau sulit dipahami. Namun, setiap langkah itu memiliki makna tersendiri.
Kepercayaan akan Takdir: Puisi menyoroti kepercayaan akan takdir yang telah tertulis. Setiap peristiwa, kejadian, dan langkah yang dijalani memiliki tempat tersendiri dalam "Lauhul Mahfudz" atau lembaran yang telah tercatat dalam kehendak Tuhan.
Penekanan Ketidakmampuan Manusia: Penyair menekankan pada ketidakmampuan manusia untuk menghindari atau melarikan diri dari takdir yang telah ditentukan. Puisi ini menggarisbawahi keyakinan bahwa manusia harus menerima takdir dan ketetapan Tuhan tanpa bisa melepaskannya.
Puisi ini memberikan perspektif yang dalam mengenai konsep takdir dan ketetapan. Ia mengajak untuk merenungkan perjalanan hidup yang telah dituliskan, serta menjelaskan kepercayaan akan ketentuan Tuhan yang harus diterima dan dijalani tanpa bisa dielakkan.