Tembang Kasmaran
Sepasang mata mengintai
dalam dada timbul prahara
sekepul debit, embun dan
segala yang menggelora
sedap melati
inikah cinta, ibuku?
— sayup terdengar olehku tangis cucunda
bolehkah aku labuhi, ayah?
— juga kau akan ditikam belati duka
betapa pun tak kan kubiar
pigura emas ini kosong tanpa gambar
Sang Waktu, usirlah aku
dari keabadian khayal dan harapan!
perkenalkan aku
dengan samba! dan sarapan!
oi, burung-burung, matahari dan daun-daun siwalan!
bila ia ditandu dan aku di punggung kuda
bersoraklah kalian untukku!
1966
Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)
Analisis Puisi:
Puisi "Tembang Kasmaran" karya D. Zawawi Imron adalah karya yang sarat dengan makna, terutama dalam konteks cinta, harapan, dan perjalanan hidup.
Konflik dalam Hati: Puisi ini menggambarkan perasaan cinta yang mendalam, tetapi juga menghadapi ketidakpastian dan konflik. Pemikiran dan perasaan yang timbul dalam hati seseorang tercermin melalui metafora "sekepul debit, embun, dan segala yang menggelora." Konflik antara perasaan cinta yang kuat dan ketidakpastian hidup adalah tema utama dalam puisi ini.
Hubungan dengan Orang Tua: Puisi ini menciptakan latar belakang yang kuat dengan mengaitkan perasaan cinta dengan hubungan antara anak dan orang tua. Pertanyaan "inikah cinta, ibuku?" menggambarkan hubungan cinta yang erat antara anak dan ibu, sementara pertanyaan "bolehkah aku labuhi, ayah?" merujuk pada hubungan antara anak dan ayah. Ini menciptakan lapisan emosi dalam puisi.
Hasrat untuk Mencapai Keabadian: Puisi ini mencerminkan hasrat manusia untuk mencapai sesuatu yang abadi dalam cinta dan kehidupan. Pigura emas yang kosong tanpa gambar menggambarkan kekosongan dan ketidakpuasan yang dirasakan ketika keabadian dalam cinta sulit dicapai. "Sang Waktu" mengingatkan pembaca bahwa waktu akan mengambil segalanya, baik dalam konteks cinta maupun kehidupan.
Gambar Alam: Puisi ini menggunakan gambar-gambar alam seperti burung-burung, matahari, dan daun-daun siwalan untuk memberikan latar belakang dan menggambarkan keindahan alam yang berada di sekitar perasaan cinta. Alam digunakan sebagai simbol keabadian, ketulusan, dan keindahan.
Kesimpulan yang Kuat: Puisi ini diakhiri dengan permintaan yang kuat, di mana penutur puisi meminta dukungan alam ("burung-burung, matahari, dan daun-daun siwalan") dalam perjuangannya untuk cinta. Permintaan ini menciptakan kesan keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi dalam cinta dan kehidupan.
Gaya Bahasa dan Ritme: Puisi ini mengandung gaya bahasa yang kuat dan ritme yang mengalir, menciptakan suasana yang mendalam dan mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang tersembunyi dalam kata-kata.
Puisi "Tembang Kasmaran" menggabungkan konflik emosional, hubungan keluarga, hasrat untuk mencapai keabadian, dan gambaran alam untuk menyampaikan pesan tentang kompleksitas cinta dan kehidupan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perasaan dan konflik dalam diri mereka sendiri terkait dengan cinta dan kehidupan.
Puisi: Tembang Kasmaran
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.