Telaga Warna
di balik paduan warna yang dimainkan sanubari
terpanggil sukmaku untuk berenang
di air telaga
tempat orang-orang zaman wayang mencuci muka
sementara tembang-tembang nenek moyang
mengangkat sayap belibis-belibis perlahan-lahan
gemerincing bunyi daun-daun dari kulit kerang
kulempar lembing ke wajah bintang yang menangis semalam
belibis-belibis turun perlahan-lahan
aku masih ingat bisik senja selagi temaram
tentang ke mana air telaga ini membiaskan damai
1976
Sumber: Bulan Tertusuk Lalang (1982)
Analisis Puisi:
Puisi "Telaga Warna" karya D. Zawawi Imron menghadirkan gambaran yang mendalam tentang keindahan, kearifan, dan refleksi spiritual melalui imaji dan simbol yang kaya. Dalam puisi ini, D. Zawawi Imron menggunakan elemen alam dan warisan budaya untuk mengeksplorasi hubungan antara manusia dan alam, serta makna mendalam dari pengalaman spiritual.
Paduan Warna dan Sanubari
Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang warna yang dimainkan oleh sanubari atau hati, yang mengisyaratkan bagaimana perasaan dan refleksi pribadi mempengaruhi persepsi kita terhadap dunia.
- "di balik paduan warna yang dimainkan sanubari / terpanggil sukmaku untuk berenang": Paduan warna yang dimaksud mencerminkan keadaan emosional dan spiritual. Sanubari yang memainkan warna-warna ini menunjukkan bahwa pengalaman batin yang mendalam mempengaruhi cara kita melihat dunia.
Telaga dan Warisan Budaya
Telaga menjadi simbol tempat yang penuh makna, di mana orang-orang zaman wayang mencuci muka, menunjukkan bahwa telaga ini memiliki nilai historis dan budaya yang mendalam.
- "di air telaga / tempat orang-orang zaman wayang mencuci muka": Telaga di sini adalah simbol tempat suci atau penting dalam budaya, di mana ritual dan praktik tradisional dilakukan. Ini mencerminkan hubungan antara masa lalu dan sekarang, serta pentingnya mempertahankan warisan budaya.
Tembang dan Belibis
Tembang nenek moyang dan belibis-belibis yang mengangkat sayap perlahan-lahan menambahkan dimensi spiritual dan alam dalam puisi. Bunyi daun-daun dari kulit kerang menciptakan suasana yang damai dan reflektif.
- "sementara tembang-tembang nenek moyang / mengangkat sayap belibis-belibis perlahan-lahan / gemerincing bunyi daun-daun dari kulit kerang": Tembang nenek moyang menggambarkan warisan budaya dan spiritual, sedangkan belibis-belibis dan bunyi daun kerang menambahkan unsur alam dan keindahan dalam puisi.
Lembing dan Bintang
Lembing yang dilemparkan ke wajah bintang yang menangis semalam menciptakan gambaran dramatis dan simbolis tentang konflik dan refleksi.
- "kulempar lembing ke wajah bintang yang menangis semalam": Lembing sebagai simbol konflik atau tindakan yang mempengaruhi langit atau bintang, menunjukkan bahwa tindakan dan perasaan manusia berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar atau alam semesta.
Bisik Senja dan Damai
Penutup puisi mengungkapkan refleksi tentang kedamaian yang dipancarkan oleh telaga dan bagaimana ia membiaskan ketenangan dan pemahaman.
- "aku masih ingat bisik senja selagi temaram / tentang ke mana air telaga ini membiaskan damai": Bisik senja menciptakan suasana tenang dan damai, mengindikasikan bahwa telaga adalah tempat refleksi dan pencarian makna.
Simbolisme dan Makna
- Paduan Warna dan Sanubari: Mencerminkan bagaimana pengalaman batin mempengaruhi persepsi dan hubungan dengan dunia. Warna yang dimainkan sanubari menunjukkan pengaruh emosional dan spiritual dalam melihat kehidupan.
- Telaga: Sebagai simbol tempat suci atau penting dalam budaya, telaga mewakili warisan budaya dan praktik tradisional yang berhubungan dengan kedamaian dan refleksi spiritual.
- Tembang dan Belibis: Tembang nenek moyang dan belibis-belibis melambangkan warisan budaya, spiritualitas, dan keindahan alam. Ini mencerminkan hubungan antara manusia, alam, dan tradisi.
- Lembing dan Bintang: Lembing melambangkan tindakan atau konflik, sedangkan bintang menangis menunjukkan dampak emosional atau spiritual dari tindakan tersebut. Ini menunjukkan hubungan antara manusia dan alam semesta.
- Bisik Senja: Menunjukkan kedamaian dan refleksi yang dicapai melalui pengalaman spiritual dan hubungan dengan tempat suci seperti telaga.
Puisi "Telaga Warna" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang kaya dengan imaji dan simbol yang mendalam. Melalui penggunaan telaga sebagai pusat simbolis, puisi ini mengeksplorasi tema-tema keindahan, warisan budaya, dan refleksi spiritual. Paduan warna, tembang nenek moyang, belibis, dan lembing semuanya berfungsi untuk menggambarkan hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Dengan menggambarkan telaga sebagai tempat damai dan reflektif, D. Zawawi Imron mengajak pembaca untuk merenungkan kedalaman pengalaman batin dan keindahan yang ada dalam kehidupan dan warisan budaya.
Puisi: Telaga Warna
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron (biasa disapa Cak Imron) adalah salah satu penyair ternama di Indonesia, ia lahir di desa Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ia sendiri tidak mengetahui dengan pasti tanggal kelahirannya.