Puisi: Perpisahan (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Perpisahan" karya D. Zawawi Imron menggambarkan kompleksitas perasaan dan makna dalam momen perpisahan, serta pentingnya untuk tetap teguh ...
Perpisahan

di dahimu ada senja
mengajakku meninjau pagi
tapi aku yang bernama sampan
masih saja terus berlayar
ke laut di hati tombak

kebijaksanaan berkokok dalam embun
meniupkan kegaduhan waktu
dan kita yang sudah jauh berpisah
tiba-tiba berpelukan di terik siang
serta sama-sama hafal
sebuah lagu dari dunia luar

perpisahan memang harus terjadi
demi laut yang semakin dalam
tawaran kabut yang memintaku jadi umpan
kutolak dengan menyelam
karena setiap ikan yang menganga kelaparan
kuyakin pastilah engkau

Sumber: Horison (Desember, 1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Perpisahan" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan perasaan yang mendalam. Puisi ini mengeksplorasi tema perpisahan, kebijaksanaan, dan kesadaran akan keberadaan manusia dalam alam semesta.

Metafora Alam: Penyair menggunakan metafora alam, seperti senja, pagi, laut, dan embun, untuk menciptakan suasana dan mendalamkan makna puisi. Senja yang ada di dahimu mungkin menggambarkan masa-masa penutupan atau akhir, sementara laut di hati tombak mungkin melambangkan perjalanan atau kehidupan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Embun yang berkokok membawa gambaran kebijaksanaan alam yang melingkupi perpisahan, menunjukkan bahwa alam sendiri memiliki kebijaksanaan yang harus dipahami oleh manusia.

Perasaan Perpisahan: Puisi ini menciptakan suasana perasaan yang rumit terkait dengan perpisahan. Meskipun ada perpisahan yang terjadi, penyair menyampaikan perasaan bahwa meskipun terpisah jauh, tetapi ada hubungan yang masih terasa kuat di antara mereka yang berpisah. Bahkan di terik siang yang menyengat, mereka masih merasa dekat dan saling mendukung, seperti halnya dengan lagu dari dunia luar yang sama-sama mereka hafal.

Kesadaran Akan Keberadaan Manusia: Puisi ini juga menghadirkan kesadaran akan keberadaan manusia dalam alam semesta yang luas. Penyair menunjukkan bahwa dalam perpisahan, ada kebijaksanaan alam yang harus dipahami dan dihargai. Meskipun manusia cenderung berlayar terus menuju "laut di hati tombak", perpisahan tetaplah merupakan bagian dari kehidupan yang harus diterima dan dihayati.

Penolakan Terhadap Tawaran yang Merugikan: Pada bagian akhir puisi, terdapat penolakan terhadap tawaran kabut yang memintanya menjadi umpan. Kabut mungkin menggambarkan kebingungan atau godaan yang merugikan, namun penyair menolaknya dengan menyelam ke dalam laut, menunjukkan ketegasan dan keberanian untuk menolak hal-hal yang merugikan dan bertahan pada kebenaran.

Puisi "Perpisahan" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang memperdalam pemahaman kita tentang perasaan perpisahan, hubungan manusia dengan alam, dan kesadaran akan keberadaan kita dalam alam semesta yang luas. Melalui penggunaan metafora alam dan bahasa yang mendalam, penyair berhasil menggambarkan kompleksitas perasaan dan makna dalam momen perpisahan, serta pentingnya untuk tetap teguh pada nilai-nilai kebenaran dan kebijaksanaan alam.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Perpisahan
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.