Puisi: Peniti Tali (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi | Peniti Tali | Karya | Nirwan Dewanto |

Peniti Tali



Terlalu segera tepuk tangan membahana, memalingkan aku dari
badai sandi yang menuntun langkah lambai kakiku.

Terlalu lancip sepatunya, ujar seorang nyonya. Ia melihat dengan
jantungnya, jantungnya belaka, dalih seorang serdadu.

Tapi bagi si penyair yang berpuluh tahun mengamatiku, aku
meniti titian kain panjang yang terpilin dari masa kanakku.

Aum harimau di belakangku. Dan kaum pengagum itu meng-
alirkan sebatang sungai bidang nun di bawah jejaring dan
berseru-seru, terjunlah segera, agar kami lebih bahagia,
lebih nyaring.

Tapi dari menara tertinggi si pemilik sirkus tetaplah hanya
meminati bayang-bayangku sambil mengipas kobaran api.

Ia juru peta yang kehilangan seluruh kampung halaman — 
Ia kemarin penjinak binatang, kini hendak menyigi kitab suci — 
Ia tak tahu bahwa kematiannya sudah tertera di koran pagi — 

Kudengar bebisik itu seraya merapikan rambut dan gigi.

Barangkali sejam lagi--atau bahkan esok pagi — akan sampai
aku diseberang sana, dimana

seorang kekasih atau algojo yang terlalu lama menanti tak lagi
berani membimbing aku ke pesta kenduri atau tiang gantungan.

Karena laherku biru, terlalu biru.


2007

Sumber: Jantung Lebah Ratu (2008)

Nirwan Dewanto
Puisi: Peniti Tali
Karya: Nirwan Dewanto

Profil Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Putri MaluPuan, usahlah berpaku pada pintu,sudah mahir aku memasukimu.Puan, walau gaunmu kian kembang,terdedah ke lekukmu aku gelombang.Lamat-lamat kajimu di dekat tungku,agar kure…
  • Perahuperahu yang menyisihkan diri dari ombakmencium senja ke bukit. Bersembunyilambungnya putih disentuh bintang-bintanglayarnya patah tak bisa bermimpi. Lembutmalam tumbuh dari k…
  • UlarKubiarkan mereka minum dari lubukkuagar mereka lebih remaja, pun lebih dahaga.Kuhadang keduanya di pintu gerbangsetiap mereka hendak keluarsebab aku tahu sang Wajah nun di sana…
  • GerabahIa ingat berbulir pasirdan berhelai rambut perempuandan pecahan cangkang kerangyang menyusup ke jasadnyamembuatnya selalu terjagadi dasar bumi.Ia tak ingatmereka musuh atau …
  • GongTengah kami cerna hamparan abu yang meluas hingga ke Prabalingga ketika kau datang tiba-tiba. Menyuapkan sebilah anak kunci ke mulutku kau berkata, “Aku pandai membuka semua pi…
  • Kunang-KunangDengan sisa bara aku mendaki ke arah urat nadimu, ke puncak urat nadimu, di mana akan kutemukan kembali sebutir telur malam yang pernah melahirkanku.Baraku biru, begit…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.