Puisi: Orang yang Dianiaya (Karya Beni Setia)

Puisi | Orang yang Dianiaya | Karya | Beni Setia |

Orang yang Dianiaya

orang yang dianiaya, luka-lukanya sangat perih
darahnya tercecer-cecer, mayatnya dibuang di hutan
ya, bertahun-tahun ia berbaring. Menanti
ada yang akan menemukannya. Menanti

tersamarkan oleh lapisan humus, kerontang dan putih
benaknya hancur. Tulang-tulang menggeronggang, menyerpih
sisa matanya menatap sangat dalam, sangat jauh
: betapa lantang jerit yang terbungkam bertahun-tahun

orang-orang cuma bisa menggerombol, dan anjing menggonggong
dan "siapa" dilemparkan di setiap saat, di setiap kelok
bertumbukan. Lumpuh di dinding waktu
(hanya tanah yang tak bertanya-tanya, berseru: "saudaraku")

betapa lengang, betapa kosong dadanya. Rusuknya lepas
dan pada rongga pada mana kehangatan pernah menyala
tertumpuk kenangan. Lapuk
tanpa ada yang sempat mengenangkannya

bagaimana ia bisa tahan? Menanti dalam kehampaan
(kosong harapan, alpa kenalan dan miskin kemesraan)
bagaimana ia bisa tahan?


17/8/1982

Sumber: Horison (November, 1982)

Catatan:
Puisi ini tidak memiliki judul.

Beni Setia
Puisi: Orang yang Dianiaya
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.