Puisi: Luka Itu Aneh Sekali (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Luka Itu Aneh Sekali" karya Hamid Jabbar menghadirkan gambaran tentang luka sebagai metafora untuk pengalaman manusia dalam menghadapi ...
Luka Itu Aneh Sekali

luka itu aneh sekali, dia menangis diam-diam
ketika embun luruh dinihari, sebelum gema adzan.

dan kemudian dia menyeka nanahnya, juga diam-diam
ketika mentari bercahaya, sehabis kokok ayam bersahutan.

dan kemudian anehnya, dia tak bersedih atau bersukacita, tetap diam
ketika seseorang dari kita berteriak: lukalukalukaluka!?
ketika seseorang dari kita berteriak:  lukalukalukaluka!
baik sebelum maupun sehabis huru-hara atas sekian atas nama.
sementara yang lain, juga seseorang dari kita, diam-diam
memintal berjuta-juta cahya mentari untuk dirinya sendiri,
tidak untuk bumi yang dibanjiri embun, nanah serta kabut
gelombang darah dari dinihari ke intihari mengerang
ke malam-malam panjang, sunyi tanpa bayang-bayang.

luka itu aneh sekali, ternyata dia adalah kita
yang diam-diam
menganga
diam.

1975

Sumber: Horison (Juli, 1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Luka Itu Aneh Sekali" karya Hamid Jabbar menghadirkan gambaran tentang luka sebagai metafora untuk pengalaman manusia dalam menghadapi penderitaan dan kehidupan.

Tema Utama

  • Kehadiran Luka sebagai Pengalaman Dalam: Puisi ini menjelajahi konsep luka secara mendalam, bukan hanya sebagai fisik tetapi juga sebagai pengalaman batin. Luka digambarkan sebagai sesuatu yang ada di dalam diri, menangis secara diam-diam ketika situasi atau lingkungan sekitar tidak mengamati.
  • Siklus Kehidupan dan Penderitaan: Puisi ini menggambarkan siklus kehidupan dan penderitaan yang tak terelakkan. Embun pada dinihari dan sinar mentari pada pagi hari menjadi metafora untuk perubahan dan kehidupan yang terus berjalan, sementara luka tetap ada di dalam diri, tak terpengaruh oleh perubahan waktu atau suasana.
  • Reaksi Manusia terhadap Penderitaan: Penyair menggambarkan reaksi yang berbeda-beda terhadap luka. Ada yang menyeka nanahnya diam-diam, menunjukkan kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi penderitaan. Namun, ada juga yang berteriak secara keras, mencoba menyuarakan penderitaan mereka namun tak memperoleh jawaban atau perhatian yang mereka harapkan.

Gaya Bahasa dan Teknik Puitis

  • Personifikasi Luka: Luka digambarkan seolah memiliki karakteristik manusia, menangis dan menyeka nanahnya diam-diam. Ini memberikan kedalaman emosional pada objek luka dan membuat pembaca merenungkan makna yang lebih dalam di balik pengalaman penderitaan.
  • Kontras Antara Kehidupan dan Penderitaan: Kontras antara embun dinihari yang lembut dan sinar mentari yang terang dengan pengalaman luka yang keras dan tidak terlihat secara jelas menyoroti perbedaan antara kehidupan yang indah dengan penderitaan yang ada di dalamnya.

Refleksi Kehidupan Manusia

Puisi ini merenungkan tentang kondisi manusia secara keseluruhan, bahwa luka bukan hanya sesuatu yang fisik tetapi juga batiniah. Manusia cenderung merespons penderitaan mereka dengan cara yang berbeda, terkadang dengan diam-diam menanggungnya, sementara lainnya mencoba untuk mengekspresikannya namun sering kali tak terdengar.

Makna dan Interpretasi

  • Identitas Kolektif: Puisi ini menegaskan bahwa luka adalah bagian dari identitas manusia secara kolektif. Setiap individu, dalam keheningan atau dengan teriakan, mengalami penderitaan dan menghadapi tantangan hidup yang serupa.
  • Ketahanan dan Kehampaan: Luka juga merupakan simbol ketahanan dan keteguhan, tetapi juga bisa mencerminkan kesepian dan ketidakmampuan untuk berbagi atau mengungkapkan penderitaan kepada orang lain.
  • Refleksi pada Diri Sendiri: Penyair mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana mereka menanggapi dan menghadapi penderitaan dalam kehidupan mereka sendiri. Apakah mereka lebih cenderung menyembunyikan atau mengungkapkan penderitaan mereka?
Puisi "Luka Itu Aneh Sekali" karya Hamid Jabbar menggambarkan luka sebagai fenomena universal dalam kehidupan manusia. Dengan penggunaan metafora dan gambaran yang kuat, puisi ini tidak hanya mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman penderitaan, tetapi juga mempertanyakan cara kita merespons dan menghadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi: Luka Itu Aneh Sekali
Puisi: Luka Itu Aneh Sekali
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar:
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.