Layang-Layang
angin di kebun siwalan
angin di pedesaan
bayang-bayangnya tersungkur di tanah tegalan
pada jerit dengungnya
menumpang napas hati yang melas
dilabuhi miang jelatang
bukit-bukit membungkuk
hatinya rela
tapi punggungnya tak berpangkuan
angin dan dengung meratap
memanggil anak dusun yang meneguk sejuk di rantau
kembali menjenguk
betis dan rusuk yang tinggal tulang
jangankan hati
rumput yang coklat juga mengerang
tapi
seperti tak terdengar
seperti tak didengarkan
1967
Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)
Analisis Puisi:
Puisi "Layang-Layang" karya D. Zawawi Imron adalah penggambaran tentang alam pedesaan dan sebuah pengalaman yang mengilhami pemikiran dan perasaan penulis.
Layang-Layang: Puisi ini berjudul "Layang-Layang," dan motif layang-layang memiliki peran penting dalam puisi ini. Layang-layang biasanya terbang tinggi di angkasa, menciptakan gambaran tentang kebebasan dan perjalanan. Namun, dalam konteks puisi ini, layang-layang mengalami nasib tragis ketika tertangkap oleh miang jelatang, yang mungkin mencerminkan pemikiran tentang keterbatasan dalam hidup.
Lokasi: Puisi ini menggambarkan suasana di kebun siwalan dan pedesaan. Ini menciptakan gambaran alam terbuka dan tenang di mana alam memainkan peran penting dalam pengalaman penulis.
Proses Pergi dan Pulang: Puisi ini menciptakan kontras antara layang-layang yang pergi ke awan, mewakili kebebasan dan perjalanan, dan bayang-bayangnya yang akhirnya jatuh di tanah. Ini mungkin melambangkan proses hidup yang penuh dengan pergi dan pulang, kegembiraan dan kesedihan.
Miang Jelatang: Miang jelatang adalah tanaman berduri yang digambarkan dalam puisi ini sebagai penangkap layang-layang. Ini dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dihadapi oleh seseorang dalam mencapai tujuannya.
Rela dan Kehilangan: Puisi ini menyentuh tema rela dan kehilangan. Bukit-bukit yang membungkuk melambangkan kesediaan alam dalam menghadapi peristiwa tragis, namun di bagian akhir puisi, ada rasa kebingungan tentang apakah kehilangan tersebut benar-benar terdengar atau didengarkan.
Suasana dan Perasaan: Puisi ini menciptakan atmosfer yang khas dari kebun siwalan dan pedesaan dengan angin yang berhembus dan jeritan layang-layang yang tertangkap. Ini menciptakan nuansa kesunyian dan kesepian yang mewakili perasaan hati yang melas.
Makna Dalam Ketidakdengaran: Puisi ini menutup dengan sebuah pertanyaan tentang apakah perasaan dan pengalaman yang diungkapkan dalam puisi ini benar-benar didengarkan atau diabaikan. Hal ini mungkin menggambarkan ketidakpekaan terhadap pengalaman seseorang.
Puisi "Layang-Layang" adalah penggambaran yang indah tentang alam pedesaan dan pengalaman yang penuh simbolisme. Ia mengekspresikan perasaan pergi dan pulang, rela, dan kehilangan dengan nuansa kesunyian yang kuat.

Puisi: Layang-Layang
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.