Puisi: Lagu Tanpa Pijakan (Karya Emha Ainun Nadjib)

Puisi || Lagu Tanpa Pijakan || Karya || Emha Ainun Nadjib ||

Lagu Tanpa Pijakan



kawanku bernyanyi-nyanyi keras bagaikan mabuk kerna
bahagia sedang dari mulutku meluncur beratus kata-kata
    kabur yang tak jelas arah dan muasalnya

        pam pam! pim pim! pam pam!

tak ada iramanya dan sama sekali tidak cocok dengan
    cuaca sekeliling
maka kukatakan pada kawanku itu: "hei, keledai yang
    agak pintar! aku tak bisa yakin dengan nyanyian-
    nyanyianmu, apakah bisa dipertanggung jawab-
    kan. maksudku, apakah punya alasan-alasan yang
    masuk akal ataupun motivasi-motivasi bawah
    sadar yang menjadi tempat pijakannya
sebab sepengetahuanku di tengah para keledai ini tak ada
    sebab-sebab tertentu yang membuat nyanyian
    bisa agak jujur sedikit. maksudku begini, melihat
    kondisi dan situasi, kita ini tak punya hak untuk
    bernyanyi atau tertawa-tawa"

"tapi menangis juga amat memalukan dan agak kurang
    senonoh untuk lelaki gagah seperti kita" — ja-
    wab kawanku sambil terus bernyanyi-nyanyi

        pam pam! pim pim! pam pam!
                lagu-lagu sumbang!
        pam pam! pim pim! pam pam!
                lagu-lagu tanpa pijakan
        pam pam! pim pim! pam pam!
                lagu-lagu orang ingatan!

"ah, jangan sebut-sebut tentang orang sakit ingatan dong!
    daerah kita ini sama saja dengan daerah mereka,
    hanya saja kita ini mempunyai sedikit kelebihan"

"kelebihan apa gerangan?"

"kita tetap sadar bahwa kita ini orang sakit ingatan!"

        pam pam! pim pim! pam pam!

ini terjadi pada suatu hari, di tengah hiruk pikuk para ke-
ledai, aku dan kawanku bersepakat untuk jangan sampai
    ketemu orang baik-baik, yang akan memaksa
    kami bersikap ramah dan penuh sopan santun
    untuk kemudian dari mulut kami diharapkan —
    menghambur kalimat-kalimat kebajikan yang se-
    suai dengan hukum-hukum kebersamaan, ditam-
    bah sekeranjang ketabahan untuk melayani
    omongannya

astaghfirullah! itu adalah pekerjaan yang paling seng-
    sara dan dam berat!

        pam pam! pim pim! pam pam!

persoalannya bukan karena kesombongan yang memuncak,
    tetapi karena beban yang tak tertahankan me-
    nyaksikan kebahagiaan para keledai itu
koq bisa, sedang langit begitu kosong dan peradaban kita
    sudah kayak begini. semula kita dilemparkan
    dan kita tidak tahu harus bersyukur atau menye-
    sali, tapi jelas kini sehari-harian kita hanya
    bermimpi untuk kembali ke sana. padahal apa
    bisa itu!

"nah, terang sudah, kamu ini benar-benar sakit ingatan!"
    katamu tiba-tiba

        pam pam! pim pim! pam pam!

"tuan-tuan yang baik hati! tolonglah tuan tendang pung-
    gungku! kalau perlu tendang beramai-ramai dan
    bersama-sama, dan sesudah itu — untuk meng-
    akhirinya — tolong tuan injak sekalian kepalaku!"

        pam pam! pim pim! pam pam!

"setidak-tidaknya, kalau misalnya tuan-tuan merasa terke-
    kang, berpura-puralah tak sengaja menginjak ke-
    palaku, soalnya kalau misalnya untuk memper-
    juangkan cita-cita hidup yang luhur harus dengan
    jalan terjun dari jembatan kewek atau menggem-
    purkan kepala dan otak di loko KA, rasanya kok
    malu juga aku

        pam pam! pim pim! pam pam!

"soalnya aku dan kawanku ini, meskipun sudah berusaha
    bersama-sama menanggungnya, ternyata nam-
    paknya tak bisa bertahan lama

maka, tuan-tuan yang baik hati! tuan-tuan yang telah
    mencapai kenyataan hukum keselarasan alami,
    yang telah menguasai perimbangan jasmani ro-
    hani —

tolonglah injak kepala kami ini, tidak apa-apa. tolonglah
    injak, yang keras! yang mantap, dan pasti!

    — kami telah kehabisan cara untuk bermabuk
    diri . . . . ."


1976

Sumber: Horison (Februari, 1979)

Emha Ainun Nadjib
Puisi: Lagu Tanpa Pijakan
Karya: Emha Ainun Nadjib

Biodata Emha Ainun Nadjib:
  • Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau kerap disapa Cak Nun atau Mbah Nun) lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.