Kini Tak Lagi Sama
Pernahkah kamu menyadari
Dulu dan kini tak sama lagi
Tengoklah,
Hijaunya rimbunan daun sudah tak berwarna
Lebatnya hutan sudah tak beraneka
Lautan yang tenang, menjelma meluapkan amarahnya
Bahkan gunung-gunung memuntahkan isi perutnya
Insan penghuni negeri
Apa kamu pernah berfikir jeli?
Atas gerangan siapakah marahnya bumi ini?
Terkadang,
Rintikan hujan bisa menjadi genangan
Sapuan angin bisa memorak-porandakan bangunan
Pergeseran lempeng menghasilan puing reruntuhan
Dan gelombang laut melenyapkan ribuan jiwa
Sekarang, tanyakan pada sanubarimu
Seberapa besarkah cintamu pada negeri?
Setinggi langit atau seluas dunia
Seberapa banyakkah buktimu pada negri?
Setinggi gunung atau sedalam samudera
Tidakkah kamu ketahui?
Pemimpin-pemimpin negeri
Tidaklah sedikit, mendekam di balik jeruji besi
Karena, ulah mereka sendiri
Tidakkah kamu ketahui?
Ratusan jiwa tak berdosa mati
Di tangan orang yang tak tahu diri
Tidakkah kamu ketahui?
Banyak yang malas
Tanpa tahu batas
Tapi selalu ingin di atas
Banyak pemimpin dipercaya rakyat
Tapi mereka berkhianat
Kemalasan yang bertambah-tambah
Seiring zaman semakin berubah
Teknologi canggih merebah
Kebodohan mereka hiraukan
Menuntut ilmu pun enggan
Tetapi maunya paling depan
Tidakkah kamu ketahui?
Dunia bisa hancur sebentar lagi
Kemalasan dan kebodohan
Sudahi saja, sekarang lenyapkan
Jikalau pemikiran tak sejalan
Cobalah untuk menyatukan
Bukan memisah untuk diperdebatkan
Agar tak berakibat kekacauan
Sekarang bukan uang yang diharga
Bukan bodoh atau pintar
Juga bukan miskin atau kaya
Tapi persatuan yang dimiliki untuk bangsa
Bangun! Indonesia sudah merdeka
Jangan sampai terlena kenikmatan semata
Agar Indonesia aman, makmur, damai, sentosa
Purwokerto, Desember 2022
Analisis Puisi:
Puisi "Kini Tak Lagi Sama" karya Syahnata Mona Aurora adalah suara kritis terhadap perubahan yang telah terjadi dalam lingkungan dan kehidupan manusia. Puisi ini menggambarkan kepedulian akan lingkungan, kekhawatiran terhadap kerusakan bumi, serta seruan untuk persatuan demi kebaikan bangsa.
Pergeseran dan Kerusakan Lingkungan: Puisi ini menyampaikan perubahan dramatis dalam alam: dari warna daun yang dulunya hijau menjadi pudar, hutan yang beraneka ragam sekarang sudah tak seindah dulu, serta amarah alam yang tampak melalui bencana seperti letusan gunung dan keluarnya air laut dari batasannya.
Kesadaran akan Lingkungan dan Pertanyaan Etis: Penyair mengajukan pertanyaan etis kepada para pembaca: siapa yang bertanggung jawab atas kemarahan alam? Membuka ruang bagi refleksi dan kesadaran bahwa perilaku manusia telah memengaruhi keadaan alam.
Panggilan untuk Bertindak dan Membangun Persatuan: Puisi ini mengekspresikan kebutuhan akan kesadaran dan tindakan kolektif. Mendesak untuk menilai rasa cinta terhadap negeri dan menanyakan sejauh mana kesediaan individu untuk membuktikan cintanya pada tanah air, lebih dari sekadar ungkapan kata-kata.
Kritik terhadap Pemimpin dan Kekacauan Sosial: Penyair menyoroti kegagalan para pemimpin yang bertanggung jawab atas nasib negara, serta kritik atas perilaku dan sikap individu yang lebih memilih kemalasan dan ketidaktahuan, yang berujung pada kekacauan dan kerusakan.
Pesan untuk Kebangkitan dan Persatuan: Puisi ini menutup dengan seruan untuk bangkit. Penyair menekankan pentingnya persatuan, bukan perpecahan, dan perlunya kesadaran kolektif akan pentingnya bersatu demi kebaikan bersama.
Puisi "Kini Tak Lagi Sama" merupakan seruan yang kuat untuk refleksi diri dan tindakan nyata terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan dan masyarakat. Dalam penyampaiannya, puisi ini menyiratkan keprihatinan yang mendalam terhadap kerusakan alam dan kesadaran akan pentingnya kerjasama, persatuan, dan kesatuan dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh negeri. Suara kritis dan ajakan untuk bertindak menjadi inti dari pesan yang disampaikan dalam karya sastra ini.
Biodata Syahnata Mona Aurora:
- Syahnata Mona Aurora lahir pada tanggal 1 September 2003 di Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia.