Puisi: Kau Bertanya (Karya Emha Ainun Nadjib)

Puisi || Kau Bertanya || Karya || Emha Ainun Nadjib ||

Kau Bertanya



Kau bertanya siapa yang berdiri di belakang hujan
yang menderas dan menggemakan suara-suara

(Setidaknya dalam hati kita diam-diam merasa. Ada yang
selalu bersikap tak percaya dan membayangi gerak kita)

"Itu Siapa?" tanyamu.

Ya, itu Siapa.

Kita berselimut kedinginan dan itu pertanda
Saat begini kita tak bisa sendiri atau berdua

Kantuk pun tiba — tapi kapankah kita bisa pasrah?
"Sedang perundingan antara kita selalu maya". Bisu. (Engkau
menukik dan Kaurampas Aku dalam tidurku)

"Merampas atau menyimpannya baik-baik?" tanyamu.
Ya, mungkin. Kita memang selalu tak pernah beres dalam bersikap

Kau bertanya siapa yang mengurung kita ini: Ah,
Bukan siapa-siapa. Bernyanyi-nyanyi sajalah kita, atau
bergumam-gumam. Mengikuti derap hujan

(Tapi heran: Rinduku tak pernah membusuk!
Kau juga?)

"Bapa kitakah Ia
Atau Anak yang kita lahirkan bersama?"


Cirebon, 1975

Sumber: Horison (Maret, 1976)

Emha Ainun Nadjib
Puisi: Kau Bertanya
Karya: Emha Ainun Nadjib

Biodata Emha Ainun Nadjib:
  • Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau kerap disapa Cak Nun atau Mbah Nun) lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Padang KotakuPadang Kotaku. Suatu waktu nanti takkan lagi dengar ketipak terompa kuda.Padang kotaku. Suatu hari nanti takkan lagi dengar ringkik kuda.Padang kotaku. Suatu hari nant…
  • Aku Rindu itu sudah sejak dulu tapi karena yang kurindu jauh : jauh sekali maka dengan bermacam akal kuhibur diriku aku menyanyi kuhibur kupingku aku nonton k…
  • La Condition Humaine Di dalam hutan nenek moyangku Aku hanya sebatang pohon mangga - tidak berbuah tidak berdaun - Ayahku berkata, “Tanah tempat kau tumbuh Memang tak subu…
  • Pada Siapa Zakse, dalam kenangan Kerikil menggeliat dalam genggaman batu berkeringat dalam kepalan bukan sangkur pengukir liang sembilan liang di tubuh pembangka…
  • BukitBukit tanpa pohonan dan rumputanBukit gundul tanpa aspalSebuah danau penuh kurcaciSebuah kapal ada di laciSatu-satu tetes peluh dari pundakSatu-satu tubuh rebah tanpa gerakSer…
  • Kemarau Bukit kehilangan rimbun Cakap kehilangan santun Bumi keras; hatimu padas Bersama mengaum: lepas ... 1975Sumber: Luka Bunga (1991)Analisis Puisi:P…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.