Kancing Gaya Lama
Kubebaskan tiga belas kancing baju
agar engkau mampu mengasihiku.
Getah sendiri kusadap tak henti-henti,
menakar payudaramu aku tak lagi.
Kutebar rambutku di selasar plaza
supaya kumiliki jejak sepatumu.
Terhantar ke mejaku wajahmu hanya
menyembul dari balik sedan baru.
Ringan kau tiba dengan koran pagi
menawarkan teluk dan bubuk kopi.
Tapi cukuplah dengan kilau bahumu
kaum berjubah jadi pemburumu.
Ketika mereka rajin membakarmu
kukabarkan cintaku ke kantor polisi.
Kenapa tubuhmu terpandang serbabiru?
Padahal zahirmu semurni bintang pagi.
Mengantri roti pun kucoba mengunduhmu,
tak juga hangus kau pemilik matahari,
telanjang masih kau pemetik kuntum lili,
penyigi es krim kau tak kunjung milikku.