Indonesia Tanah Sajadah
Sebelum kita lahir ke dunia ini
Rahmat Allah telah menjelma air susu di dada ibu
Lalu kita diturunkan
Pada sebidang tanah air
yang membentang dari Aceh sampai Papua
Itulah Indonesia
yang gunungnya biru berselendang awan
ada hamparan padi menguning keemasan
serta pohon kelapa yang melambai di tepi pantai
Indahnya tanah air kita
Sepotong sorga yang diturunkan Allah di bumi
Kita minum air Indonesia menjadi darah kita
Kita makan buah-buahan dan beras Indonesia menjadi daging kita
Kita menghirup udara Indonesia menjadi nafas kita
Kita bersujud di atas bumi Indonesia
bumi Indonesia menjadi sajadah kita
Satu saat nanti kalau kita mati
Kita akan tidur dalam pelukan bumi Indonesia
Daging kita yang hancur
Akan menyatu dengan harumnya bumi Indonesia
Tanah air yang indah
Harus diurus dengan hati yang indah
Hati yang taqarrub kepada Allah
Kalau Indonesia ingin tetap indah
harus diurus dengan akhlak yang indah
Tanah air adalah ibunda kita
Siapa mencintainya
harus menanaminya dengan benih-benih kebaikan dan kemajuan
agar Indonesia yang indah semakin damai dan indah
Tanah air adalah sajadah
Siapa mencintainya
Jangan mencipratinya dengan darah
Jangan mengisinya dengan fitnah, maksiat dan permusuhan
Tanah air Indonesia
adalah sajadah
tempat kita bersujud kepada Allah
Sumber: Segugus Percakapan Cinta di Bawah Matahari (2017)
Analisis Puisi:
Puisi "Indonesia Tanah Sajadah" karya D. Zawawi Imron menggambarkan cinta yang mendalam terhadap tanah air dan bagaimana negara ini dipandang sebagai simbol spiritual yang sakral. Dalam karya ini, Zawawi Imron menggunakan metafora tanah sebagai sajadah, tempat bersujud dan mengabdi kepada Allah, dengan menggambarkan keindahan dan keagungan Indonesia sebagai tanah yang diberkahi dan harus dijaga dengan penuh kebaikan serta akhlak yang mulia.
Makna dan Tema Utama
- Indonesia Sebagai Rahmat Tuhan: Puisi ini dimulai dengan gambaran bahwa sebelum manusia lahir, rahmat Tuhan telah disediakan melalui air susu di dada ibu. Ini adalah simbolisasi tentang bagaimana Tuhan telah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi manusia bahkan sebelum mereka dilahirkan. Konsep ini kemudian diteruskan dengan penjelasan bahwa Indonesia adalah tanah air yang merupakan wujud rahmat Tuhan yang konkret. Indonesia digambarkan sebagai bagian dari surga yang diberikan Allah di bumi, dengan keindahan alam yang meliputi gunung-gunung, hamparan padi, dan pohon kelapa. Imron mengingatkan bahwa segala yang ada di Indonesia—baik air, tanah, maupun udara—adalah bagian dari tubuh dan kehidupan bangsa. Puisi ini menekankan bahwa hubungan antara manusia dan tanah air sangat mendalam dan spiritual, di mana segala elemen alam Indonesia menjadi bagian dari keberadaan fisik kita. Air yang diminum, beras yang dimakan, dan udara yang dihirup adalah sumber kehidupan yang membentuk tubuh dan jiwa kita.
- Indonesia Sebagai Sajadah: Tempat Bersujud dan Beribadah: Metafora utama yang digunakan oleh Zawawi Imron dalam puisi ini adalah gagasan bahwa tanah air Indonesia adalah sajadah—tempat umat Muslim bersujud dalam ibadah kepada Allah. Tanah Indonesia tidak hanya dipandang sebagai tempat tinggal, tetapi sebagai tempat ibadah, di mana setiap gerak dan napas manusia adalah bentuk syukur dan pengabdian kepada Tuhan. Pesan ini menekankan bahwa kecintaan terhadap tanah air bukan hanya soal nasionalisme atau patriotisme, tetapi juga tentang bagaimana manusia harus menjaga kesucian dan keindahan tanah ini dengan akhlak yang baik. Tanah yang diibaratkan sebagai sajadah tidak boleh dinodai oleh tindakan yang merusak, seperti fitnah, maksiat, atau permusuhan. Sebaliknya, tanah ini harus dijaga dan diisi dengan benih kebaikan, kedamaian, dan kemajuan, sebagaimana ajaran agama yang mendorong manusia untuk selalu berbuat baik dan menjaga kesucian.
- Tanggung Jawab Moral dan Spiritual Terhadap Tanah Air: D. Zawawi Imron menekankan pentingnya tanggung jawab moral dan spiritual dalam mengurus tanah air. Keindahan alam Indonesia tidak bisa dipertahankan hanya dengan mengaguminya, tetapi harus dikelola dengan hati yang penuh rasa takut kepada Allah dan kesadaran akan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan demikian, Indonesia yang indah hanya bisa tetap indah jika penduduknya memiliki akhlak yang baik, menjaga keharmonisan, dan tidak melakukan kerusakan. Tanah air dianggap sebagai "ibunda" yang memberikan kehidupan, dan sebagai anak-anak dari tanah air, manusia memiliki kewajiban untuk mencintai dan merawatnya dengan tindakan yang baik. Metafora ini mengajarkan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan sesama manusia, di mana cinta kepada tanah air diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab untuk merawat, melestarikan, dan menjaganya dari kehancuran.
Gaya Bahasa dan Simbolisme
- Metafora Tanah sebagai Sajadah: Penggunaan metafora sajadah dalam puisi ini sangat kuat. Sajadah adalah tempat bersujud, simbol dari tempat di mana manusia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dalam ibadah. Dalam puisi ini, sajadah melambangkan kesucian dan keindahan yang harus dijaga dengan baik. Imron memposisikan tanah air Indonesia sebagai tempat yang sakral, yang tidak boleh dikotori dengan tindakan buruk seperti fitnah, permusuhan, dan maksiat.
- Imaji Alam Indonesia: Zawawi Imron menggambarkan Indonesia dengan imaji alam yang sangat indah. Gunung-gunung yang biru dengan selendang awan, hamparan padi yang menguning keemasan, dan pohon kelapa yang melambai di tepi pantai menciptakan gambaran Indonesia sebagai negeri yang kaya dan subur. Keindahan alam Indonesia digambarkan sebagai bukti nyata dari rahmat Tuhan yang perlu dijaga dan dilestarikan.
- Keterhubungan Tubuh dengan Tanah Air: Puisi ini menciptakan keterhubungan yang intim antara tubuh manusia dengan tanah airnya. Air yang diminum, beras yang dimakan, dan udara yang dihirup semua berasal dari tanah Indonesia. Ketika manusia meninggal, tubuh mereka akan kembali menyatu dengan tanah yang selama ini menjadi tempat mereka hidup. Keterhubungan ini menekankan bahwa manusia dan tanah air adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan setelah mati, manusia akan kembali ke tanah air dan menyatu dengan bumi yang sama.
Pesan Moral
Pesan moral yang ingin disampaikan Zawawi Imron dalam puisi ini sangat jelas: tanah air harus diurus dengan kebaikan dan akhlak yang mulia. Dalam kehidupan yang seringkali dipenuhi dengan kekerasan, permusuhan, dan perpecahan, Imron menyerukan agar kita sebagai bangsa tidak mengotori tanah air kita dengan darah, fitnah, dan maksiat. Sebaliknya, kita harus mengelola tanah air ini dengan penuh cinta, perdamaian, dan keadilan.
Puisi ini juga mengajarkan bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual yang lebih besar. Kecintaan pada tanah air harus diwujudkan dengan tindakan nyata untuk memajukan dan menjaga keindahannya, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun spiritual. Mencintai tanah air tidak hanya berarti melestarikan alamnya, tetapi juga menjaga harmoni sosial, menjaga perdamaian, dan menjalani hidup dengan akhlak yang baik.
Puisi "Indonesia Tanah Sajadah" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh makna tentang hubungan manusia dengan tanah airnya. Melalui penggunaan metafora yang kuat dan imaji alam yang indah, Imron berhasil menggambarkan Indonesia sebagai tempat yang diberkahi Tuhan, tempat yang sakral dan harus dijaga dengan baik. Pesan moral dalam puisi ini sangat relevan dalam konteks kehidupan berbangsa, di mana cinta kepada tanah air harus diwujudkan dalam tindakan yang positif dan akhlak yang mulia.
Dengan menjadikan Indonesia sebagai sajadah, Zawawi Imron mengajak kita untuk merawat tanah ini dengan penuh rasa syukur, tanggung jawab, dan cinta, sehingga keindahan dan kedamaian tanah air ini bisa terus berlanjut bagi generasi mendatang.
Puisi: Indonesia Tanah Sajadah
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.