Harimau
Dari balik gelap
kau sabar menunggu aku.
Dengarlah, aku harus mengaji seribu kitab
sebelum bertarung dengamu
agar aku beroleh terang
untuk membalur gosong tubuhmu
agar aku beroleh lengang
untuk menawar gaung raungmu.
Pada lembar demi lembar
segenap kukuku akan terasah
oleh jejak darah kaum pendahulu.
Pada setiap sampul
kugoreskan wajahmu
ganas seperti kaum pecinta buta.
Ketika ruangku lebih lapang
kau beringsut mendekat
tidak, kau tak berani menyentuh aku
kau hanya birahi
ketika aku membuka baju
meski taringmu berkilat-kilat
tak bernyali kau menggumuli aku.
Pandanglah tubuh yang gemetar ini
tubuh yang belum juga selesai mengaji
tubuh yang haus akan semua jalan di bumi.
Langkahmu ringan seperti detik jam
sehingga jurangmu mengitari puncakku.
Batukku nyaring seperti topan malam
semoga selalu menakutkanmu.
Tidak, kurasa akulah yang menjelangmu
mengumpankan diriku
sebab aku takut memangsamu.
Percayalah, hanya kaulah yang tahu
jantan atau betinakah aku
gandrung atau dendamkah aku.
Ketika darah menetes ke tubuhku
kurasa ku telah melukaimu, mengerkahmu.
Dan pada sebatang cermin
tak dapat kulihat lagi wajahku
sebab birahiku telah sempurna.
Lalu dengarlah langkahku menjauh
ringan seperti detik jam.
Lalu dengarlah topan malam
ketika aku mengintai di sudut terjauh
ketika kau mengasah kuku
ketika kau perawankan tubuhmu
ketika bundaku menjadi bundamu
ketika kau mencuri terang dari kulitku
ketika aku mencuri gelap dari kitab-kitabmu.
2005
Sumber: Jantung Lebah Ratu (2008)
Analisis Puisi:
Puisi "Harimau" karya Nirwan Dewanto menghadirkan gambaran metaforis tentang pertarungan batin dan realitas kehidupan.
Metafora Harimau: Harimau dalam puisi ini melambangkan kekuatan, keteguhan, dan naluri primordial. Harimau tidak hanya merupakan predator fisik, tetapi juga simbol kekuatan batin yang menuntut penghormatan dan kebijaksanaan.
Penantian dan Persiapan: Garis pembuka puisi, "Dari balik gelap, kau sabar menunggu aku," menggambarkan harimau sebagai penantian yang tak terlihat tetapi selalu ada. Penyair merasa bahwa dia harus bersiap dan mempersiapkan diri dengan belajar dan menjalani pengalaman hidup sebelum dia siap untuk bertarung melawan tantangan.
Konflik Batin: Dalam puisi ini, terdapat konflik batin antara ketakutan akan kekuatan luar dan dorongan untuk menghadapinya. Penyair merasa perlu untuk menggali kekuatan dan keberanian dalam dirinya sendiri untuk menghadapi harimau, yang juga mencerminkan tantangan-tantangan hidup yang kompleks dan menakutkan.
Kekuatan dan Kebijaksanaan: Penyair menyadari bahwa pertarungan melawan harimau bukanlah sekadar masalah fisik, tetapi juga ujian kekuatan batin dan kebijaksanaan. Dia menyadari pentingnya memahami musuhnya dengan baik sebelum bertarung, dan kebutuhan untuk memiliki kesiapan fisik dan spiritual.
Ironi Kekuatan dan Kerentanan: Meskipun penyair berusaha menunjukkan kekuatan dan keteguhan, dia juga mengakui kerentanan dan ketakutan dalam dirinya. Dia menyadari bahwa kekuatan fisik dan keberanian bukanlah jaminan keselamatan atau kemenangan mutlak.
Penutup yang Membayangkan Kekuatan: Puisi ini ditutup dengan gambaran harimau yang menjauh dengan langkah yang ringan seperti detik jam. Ini menciptakan suasana misterius dan menakutkan, memperkuat konsep kekuatan dan ketakutan yang saling bertentangan.
Puisi "Harimau" adalah sebuah karya yang kompleks yang menghadirkan gambaran metaforis tentang perjuangan hidup dan konflik batin. Dengan harimau sebagai simbol kekuatan dan tantangan, puisi ini menggambarkan pertarungan antara kekuatan dan kerentanan, keberanian dan ketakutan, dalam perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan keberanian.
Biodata Nirwan Dewanto:
- Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.