Sumber: Horison (Desember, 1983)
Analisis Puisi:
Puisi "Elegi" karya D. Zawawi Imron menawarkan pandangan mendalam tentang kesedihan dan ketidakpastian. Dengan bahasa yang penuh metafora dan simbolisme, puisi ini mengajak pembaca untuk mengeksplorasi perasaan duka dan konflik yang ada di dalam diri.
Tema dan Struktur
Puisi ini menyentuh tema utama tentang kesedihan dan keputusasaan. Struktur puisi ini menggabungkan elemen visual dan emosional untuk menciptakan gambaran yang mendalam tentang perasaan penulis.
"kerangka kesedihan itu telah jadi tugu / menjulang di langit kenangan"
Pembuka puisi ini menggunakan metafora "kerangka kesedihan" yang "telah jadi tugu" untuk menggambarkan kesedihan yang mendalam dan permanen. Tugu di langit kenangan menunjukkan betapa menyedihkannya pengalaman tersebut dan bagaimana kenangan tersebut menghantui penulis.
"di puncaknya kukibarkan bendera geram / yang melambai kapal-kapal jelaga / di gigir cakrawala jingga"
Bendera geram yang dikibarkan di puncak tugu melambangkan kemarahan dan ketidakpuasan yang mendalam. Kapal-kapal jelaga yang berlayar di cakrawala jingga menggambarkan konflik dan kesulitan yang mengelilingi penulis, dengan warna jingga menambahkan nuansa dramatis dan ketegangan.
"sekali-sekali kudengar / jeritmu berangkat jadi pedang / ke muara-muara kelam"
Jerit yang berubah menjadi pedang menunjukkan bagaimana kesedihan atau kemarahan dapat berubah menjadi alat perjuangan atau pertahanan. Muara-muara kelam menggambarkan tempat-tempat gelap dan berbahaya, yang mencerminkan ketidakpastian dan kekacauan yang dihadapi.
"sebenarnya aku tak senang huru-hara / tapi mereka memulainya"
Pernyataan ini menunjukkan bahwa penulis sebenarnya tidak ingin terlibat dalam kekacauan atau konflik, tetapi merasa terpaksa menghadapi situasi tersebut. Ini menyoroti perasaan tidak berdaya dan ketidakmampuan untuk menghindari situasi yang tidak diinginkan.
"persahabatan telah jadi kuno" / ujar kepompong yang bergantung di sudut hati"
Metafora "kepompong" yang "bergantung di sudut hati" menunjukkan bahwa perasaan lama atau "persahabatan" telah menjadi sesuatu yang usang atau tidak relevan. Ini mengisyaratkan perubahan dalam hubungan atau perasaan yang mendalam.
"tapi kupu-kupu / masih bertebaran ke padang-padang perih / mencari bunga kecil kesejukan / yang tumbuh dari airmata adam"
Meskipun "persahabatan" dianggap kuno, "kupu-kupu" yang "bertebaran ke padang-padang perih" menunjukkan adanya harapan dan pencarian untuk sesuatu yang indah dan menenangkan. Bunga kecil yang "tumbuh dari airmata adam" melambangkan sesuatu yang tumbuh dari kesedihan atau pengalaman pahit, menandakan bahwa bahkan dalam penderitaan terdapat kemungkinan untuk menemukan keindahan dan kedamaian.
Puisi "Elegi" karya D. Zawawi Imron menciptakan gambaran yang kuat dan emosional tentang kesedihan, kemarahan, dan pencarian makna dalam situasi yang sulit. Dengan menggunakan metafora yang kaya dan simbolisme yang mendalam, puisi ini menggambarkan perasaan penulis terhadap konflik batin dan perubahan yang dialaminya. Puisi ini menawarkan refleksi tentang bagaimana seseorang menghadapi kesedihan dan mencari harapan dalam kondisi yang tampaknya tidak pasti dan penuh tantangan.

Puisi: Elegi
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.