Duduk Saja di Sini
duduk saja di sini, jangan cemas
kita cucu pahlawan, yang dulu nyawanya
ditukar dengan kemerdekaan. Kita
sekarang menahan nafas
menahan ludah untuk tertelan
karena engkau mencintai daun
daun tak ada kalau tak pohon
sedang pohon dari kecambah
sedang kecambah yang tahu kodrat akarnya
yang tahu mata air takdir
tak cuma jadi tauge yang berakar
itulah kenapa pada setiap puisi kutulis
aku selalu ingin menyelipkan doa
maksudnya kalau satu saat aku terpental
masih ada kasur atau bantal
pada bantal, Tuhan menitipkan kasih
tak usah merasa cemas
dalam sadar kita bisa menyusun mimpi
atau menatap
mata busur yang siap menancap
ke langit, atau ke tempat-tempat yang punya aroma masjid
waktu akan tetap berjalan, ia sahabat
juga musuh, tergantung cara kita menyambut,
kita yang dilangkahi atau kita yang melangkahi
saat langkah diayun kita disambut teka teki
aku memilih kabut daripada
asap yang menyesakkan dada
nasib kita berkelindan antara asap dan kabut
ada saksi, matahari yang jauh, tapi terasa
dekat, karena tubuh kita menyimpan
keringat. Ingat, hati
kita pun sebaiknya lebih banyak lagi memeras peluh
Sumber: Segugus Percakapan Cinta di Bawah Matahari (2017)
Puisi: Duduk Saja di Sini
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.