Dari Bentangan Langit
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu hutan. Mengekal tanah berbongkahan
Menyapu Hutan!
Mengekal Tanah Berbongkahan!
Datang kepadamu, Ia, kemarau itu
Dari bentangan langit yang semu
Dari Tuhan, yang senantiasa diam
Dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
Yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
1976
Sumber: Horison (September, 1978)
Analisis Puisi:
Puisi "Dari Bentangan Langit" karya Emha Ainun Nadjib menghadirkan gambaran yang mendalam tentang kemarau dan dampaknya terhadap alam dan manusia.
Motif Kemarau sebagai Metafora: Kemarau dalam puisi ini bukan hanya menggambarkan kekeringan fisik, tetapi juga mengandung makna metaforis yang lebih dalam. Kemarau menjadi simbol dari ketidakberdayaan, kekosongan, dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia.
Hubungan dengan Alam dan Tuhan: Puisi menunjukkan hubungan erat antara manusia, alam, dan Tuhan. Kemarau digambarkan sebagai manifestasi dari kekuasaan Tuhan yang diam namun kuat. Langit yang semu mencerminkan ketidakmampuan manusia untuk memahami rencana Tuhan yang luas dan kompleks.
Bahasa dan Imaji: Penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang kaya memperkuat kesan puisi ini. Bahasa yang digunakan sederhana namun puitis, menciptakan suasana yang mendalam dan menggugah rasa ingin tahu pembaca tentang pesan yang disampaikan.
Permainan Kata: Penyair menggunakan permainan kata untuk menekankan esensi kemarau dan kekuatan Tuhan. Frasa "Menyapu Hutan! Mengekal Tanah Berbongkahan!" menggambarkan kekuatan alam yang meluluhlantakkan segala yang ada di jalannya.
Kesunyian Tuhan: Puisi menyampaikan gambaran tentang Tuhan yang senyap namun kuat, yang mengendalikan alam semesta tanpa perlu menyapa atau menunjukkan diri secara langsung kepada manusia. Hal ini menciptakan rasa kagum dan kekaguman terhadap kebesaran-Nya.
Puisi "Dari Bentangan Langit" menawarkan refleksi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan Tuhan, serta tentang ketidakmampuan manusia untuk sepenuhnya memahami kehendak Tuhan. Melalui bahasa yang puitis dan imagery yang kuat, puisi ini menggambarkan kemarau sebagai simbol dari ketidakpastian dan kekuatan alam yang tak terbantahkan.
Karya: Emha Ainun Nadjib
Biodata Emha Ainun Nadjib:
- Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau kerap disapa Cak Nun atau Mbah Nun) lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.