Puisi: Catatan Sehari (Karya Bambang Sarwono)

Puisi || Catatan Sehari || Karya || Bambang Sarwono ||

Catatan Sehari (1)



Kita masih punya tali untuk bisa direntang panjang
Kita masih punya harapan untuk bisa dipandang
Kits masih punya apa-apa untuk kita nikmati sendiri-sendiri saja.


Catatan Sehari (2)



Jiwa retak karena pengaruh jiwa. Hidup bukan
semata jalinan cinta dan benci. Kita akui
masih terlalu banyak nilai-nilai untuk bisa kita
akui.

Sajak lahir karena tajam pergulatan yang panjang.
Keyakinan bukan semata hasil kepercayaan suatu ajaran
Melainkan kedambaan hati yang rindu tentang berlangsungnya
suatu nafas.


Catatan Sehari (3)



Aku tak punya cinta untuk aku sodorkan
Aku tak punya kasih untuk aku bisikkan
Aku tak punya apa-apa dan siapa, harapan dan gambaran
Tak ada arief atau bijak untuk dapat kutonjolkan
Cuma selembar hidup yang tak pernah kukehendaki
Sepi, payah dan terpisah
Tapi amat senang aku membisikkan tentang sesuatu.


Catatan Sehari (4)



Sebuah kota tak punya lampu, tak punya bulan
tak punya matahari
Nyanyiannya kemersik kelam sepanjang malam sepanjang tahun.
Tak ada henti. Tak ada berhenti.
Kabutnya tebal-tebal bagai bulu gagak yang sedang menangis.
Tak ada yang merayap, selain rasa ngeri dan waswas khawatir.
Ah! hidup hutan tutupan, bukan kota terbuka dan pertualangan.
Berapa kekalnya hidup tersembunyi
Bila suasana impian telah diketuk tangan-tangan dan suara yang jauh.


Catatan Sehari (5)



Bagaimanapun aku tak punya waktu untuk istirahat.
Tubuhku tak kenal letih dan jiwaku terus bergolak.
Siang dan malam seperti tak berbeda. Roda terus menggelinding
berderak dan mendesak.

Bagaimanapun aku tak punya hari untuk istirahat.
Dunia punya banyak rupa-rupa untuk disentuh dan digarap.
Waktu tak terbagi antara pagi, sore dan malam.
Keinginanku awet berjalan, berpikir dan berbilang.

Bagaimanapun aku tak punya hari untuk istirahat.
keliling banyak yang indah untuk direkam dan ditonjolkan.
Kembali aku membisu dengan mulutku patah berseru.
Langit di atas tetap melengkung dan bumi beragam penghuninya.

Bagaimanapun aku tak punya hari untuk istirahat.
Dan Tuhan termenung di Araznya beserta para malaikat.
Dibiarkannya kau melangkah jauh, tersesat di tempat yang
lebih lepas. Tapi ku tetap merasa arah tujuanku begitu pasti.


Catatan Sehari (6)



Kita tak punya rumah yang bisa mandi cahaya
Sebab kita tak punya istana.

Kita bukan kaum yang serba punya
Tapi kita dipaksa puas dengan segala milik kita.

Dalam serba sederhana
Kurang pantaslah kita bermimpi tentang suasana hidup
yang serba mewah dan manja.


Catatan Sehari (7)



Cuma pengertian bisa membuka
pintu kesadaran.

Cuma kerinduan bisa mengobati
bengkak hati.

Cuma kecintaan bisa membikin
damai tentram.


Catatan Sehari (8)



Boleh setiap orang berkata "Kupunya sedikit harapan
dan masa depan!"
Tapi dalam serba tak punya, hidup semakin penat dan
pepat.
Jalan seolah tak ada,
di depan langit membentuk bentangan permadani
tapi kaki terasa berat untuk meloncat!


Catatan Sehari (9)



Tak kubilang hidup itu enak
sebab bagi yang lebih mengerti
datang mati - limpahan kurnia!

Tak kubilang harta itu membahagiakan
sebab bagi yang lebih mengerti
benda itu tumpukan beban

Bagi yang bebas, tak terikat rasa khawatir dan waswas
di segala sudut tempat
merasa akrab.


Sumber: Horison (Maret, 1978)

Bambang Sarwono
Puisi: Catatan Sehari
Karya: Bambang Sarwono

Biodata Bambang Sarwono:
  • Bambang Sarwono lahir pada tanggal 8 Oktober 1951 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.