Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Arena (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Arena" karya Afrizal Malna bercerita tentang seorang tokoh atau tubuh yang berada di tengah arena, berhadapan dengan dirinya sendiri, ...
Arena

seperti tiang-tiang bendera
tombak-tombak berdiri di sekeliling arena
di tengah, tubuhnya berhadapan dengan dirinya sendiri
dan udara penuh orang-orang mati

kegusaran suara azwan
nemplok di ujung-ujung tombak. dan menombaknya sendiri!
dia belum juga mati di tengah-tengah
arena yang tak terkalahkan
orang-orang mati yang terus ngambang di udara
mencari
mencari roh mereka di antara tiang-tiang bendera
tancapan-tancapan tombak di tanahmu.

Jakarta, 1979

Sumber: Horison (Juni, 1980)

Analisis Puisi:

Puisi “Arena” karya Afrizal Malna merupakan salah satu karya yang sarat simbol, imaji kuat, dan ekspresi kegelisahan batin penyair dalam melihat kehidupan manusia yang penuh pertarungan. Afrizal Malna dikenal sebagai penyair yang sering menghadirkan bahasa visual yang padat, menghadapkan pembaca pada pengalaman ruang, benda, dan situasi yang tidak biasa. Puisi ini pun membuka ruang tafsir luas dengan menghadirkan suasana arena, bendera, tombak, tubuh, dan roh yang bergentayangan.

Tema

Tema utama dalam puisi Arena adalah pertarungan manusia dengan dirinya sendiri di tengah situasi hidup yang penuh kematian, kekalahan, dan absurditas. Afrizal mengangkat gambaran sebuah arena, bukan hanya sebagai tempat pertandingan fisik, tetapi juga simbol perjuangan batin dan eksistensial.

Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh atau tubuh yang berada di tengah arena, berhadapan dengan dirinya sendiri, dikelilingi tiang bendera dan tombak. Dalam keadaan itu, udara penuh dengan orang mati yang mengambang, seolah belum menemukan roh mereka. Gambaran ini bisa dimaknai sebagai pertarungan manusia melawan dirinya sendiri, dikepung oleh sejarah, simbol-simbol kekuasaan, dan tragedi kematian.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap kekerasan, absurditas perjuangan, serta kondisi manusia yang kerap terjebak melawan dirinya sendiri di tengah pusaran kekuasaan dan kematian. Arena bukan sekadar tempat bertarung, tetapi juga cerminan ruang sosial-politik yang penuh darah dan kehancuran, di mana individu sering kehilangan arah dan berakhir dalam lingkaran kegilaan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah tegang, mencekam, sekaligus suram. Pembaca seolah dibawa ke sebuah arena kematian, di mana tombak, bendera, tubuh, dan roh orang mati bercampur menjadi satu.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah perlunya manusia menyadari bahwa pertarungan terbesar adalah melawan dirinya sendiri, bukan sekadar melawan musuh di luar dirinya. Selain itu, Afrizal juga menyiratkan pesan tentang kesia-siaan kekerasan dan pertarungan yang hanya menghasilkan kematian dan kehampaan.

Imaji

Afrizal Malna dikenal dengan kekuatan imaji visual. Dalam puisi ini, beberapa imaji menonjol antara lain:
  • “tiang-tiang bendera, tombak-tombak berdiri di sekeliling arena” → menghadirkan visual sebuah panggung pertarungan yang keras.
  • “udara penuh orang-orang mati” → imaji atmosfer yang suram dan penuh ketegangan.
  • “roh mereka di antara tiang-tiang bendera” → menegaskan adanya kesan spiritual sekaligus tragis dalam arena tersebut.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini, antara lain:
  • Metafora: Arena sebagai simbol kehidupan, pertarungan sebagai simbol konflik batin dan sosial.
  • Personifikasi: “kegusaran suara azwan nemplok di ujung-ujung tombak” memberikan sifat manusiawi pada suara.
  • Repetisi: Pengulangan kata “mencari, mencari” menegaskan pencarian roh yang tak kunjung selesai.
  • Imajis simbolik: bendera dan tombak bukan sekadar benda, melainkan lambang kekuasaan, perang, dan kekerasan.
Puisi "Arena" karya Afrizal Malna menghadirkan dunia yang penuh ketegangan, dengan simbol-simbol perang, kematian, dan pertarungan batin. Tema yang diangkat adalah pertarungan manusia melawan dirinya sendiri dan absurditas kehidupan, dengan makna tersirat tentang kekerasan dan kekalahan eksistensial. Imaji visual yang kuat serta penggunaan majas metaforis menjadikan puisi ini khas dan dalam, mengajak pembaca merenungkan tentang diri, hidup, dan arena kehidupan yang tak kunjung usai.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Arena
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.