Berdasarkan pengamatan penulis, saat ini mayoritas orang-orang dari berbagai kalangan baik dari berbagai usia, gender, maupun tingkat pendidikan, dan latar belakang ekonomi di Indonesia terutama di wilayah yang dapat mengakses internet dengan mudah lebih menyukai menonton Drama Korea dibandingkan dengan Sinetron (walaupun harus menonton lewat link ilegal) sehingga Sinetron semakin lama akan ditinggalkan oleh penggemarnya.
Kenapa sih Masyarakat Indonesia Lebih Menyukai Drakor Dibandingkan Sinetron?
Ada beberapa hal yang menurut saya menjadi alasan bagi masyarakat Indonesia untuk lebih memilih menonton Drakor dibanding Sinetron, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Genre/Topik
Drakor memiliki genre yang lebih beragam dan kompleks sehingga penonton pun tertarik dan juga tidak merasa bosan dengan genre yang hanya itu-itu saja dibandingkan dengan Sinetron yang hanya berputar di beberapa topik seperti mengenai masalah perebutan waris, pelakor, drama romantis, maupun cerita religi sehingga penonton pun merasa bosan.
2. Naskah
Penggarapan naskah Drakor selalu dilakukan secara mendetail dan juga menggunakan riset saat dibuat agar tidak timbul salah paham dan juga menghindari adanya plot hole (tidak konsistennya penjelasan suatu film).
Hal ini juga menjadi nilai plus karena bisa mengedukasi penonton secara tidak langsung seperti contohnya drama medis dan hukum.
Berbeda dengan Sinetron yang tidak jarang ditemukan cerita yang tidak realistis, belum memiliki naskah yang matang, dan tidak melakukan riset terlebih dahulu kepada ahlinya sehingga Sinetron Indonesia cenderung memiliki plot hole yang sangat banyak.
3. Episode
Dalam jumlah episode juga Drakor lebih sedikit yang rata-rata berkisar antara 16-20 episode saja dan di awal penayangan juga sudah diinformasikan jumlah episode drama tersebut.
Jadi walaupun rating drama tersebut tinggi tapi tidak akan mengubah jumlah episode drama.
Sedangkan Sinetron biasanya jumlah episodenya tidak dijelaskan dan jika ratingnya tinggi maka akan dibuat cerita tambahan walaupun terkadang tidak masuk di akal karena hanya mengejar rating bukan dari sisi cerita. Ini yang membuat masyarakat menjadi bosan.
4. Biaya Pembuatan
Untuk pembuatan satu buah project Drama Korea bisa mengeluarkan biaya yang sangat fantastis contohnya seperti Drakor Arthdal Chronicles yang menghabiskan biaya sebesar ₩54 Miliar atau setara dengan Rp.615,8 Milliar.
Tetapi hal itu sudah tidak mengherankan lagi karena proses pembuatan dilakukan secara maksimal baik dari sisi latar belakang, make up, busana, sinematografi, dan juga aktor-aktor yang berkualitas sehingga hasilnya menjadi maksimal dan berhasil memanjakan penonton.
Sangat berbanding terbalik dengan Sinetron Indonesia yang kadang terkesan tidak modal dan jadi terlihat seperti memaksa.
Contohnya kualitas make up dan busana Drakor yang bagus dan juga sesuai peran, berbeda dengan Sinetron yang terkadang pemilihan busana dan make up sangat tidak sesuai dengan latar belakang cerita.
5. Soundtrack
Drakor selalu menggunakan soundtrack yang sangat bagus sehingga bisa memanjakan penontonnya dan juga dibuat sesuai berdasarkan dengan isi cerita yang terjadi sehingga penonton bisa menghayati liriknya.
Tidak jarang juga Soundtrack Drakor dijadikan menjadi 1 album lagu.
Sedangkan di Sinetron, Soundtrack biasanya diambil dari lagu yang hits saja atau menggunakan lagu yang memang sudah ada sebelumnya.
6. Aktor/Aktris
Aktor Drakor rata-rata dibayar dengan harga fantastis apalagi jika aktor/aktris tersebut sudah terkenal. Tetapi bayaran mereka sangat sesuai dengan akting mereka mainkan secara totalitas karena hanya fokus mengerjakan 1 project drama dan juga mereka masih melakukan riset kembali untuk memerankan peran-peran tertentu yang perlu melakukan pendalaman karakter sehingga kita bisa merasakan emosi dari cerita tersebut (banyak pemirsa yang sampai menangis, mengumpat karena kesal, maupun tertawa).
Berbeda dengan pemain Sinetron yang sistemnya kejar tayang sehingga aktor/aktris mereka kurang menjiwai perannya dan tokoh yang diperankan berakhir datar yang tertangkap di kamera hingga tidak bisa menyentuh emosi pemirsanya.
Demikianlah kira-kira pandangan penulis mengenai alasan kenapa Drakor semakin dicintai dan Sinetron semakin ditinggalkan oleh pemirsa.
Biodata Penulis:
Rahima Az-Zahra Wicaksono saat ini aktif sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling di UNS.