Cantik dalam Perspektif Islam dan Cantik di Mata Kaum Lelaki Ajnabi

Seperti yang kita ketahui pada akhir zaman ini, perempuan sangat terambisi oleh kecantikannya. Karena pada zaman inilah dimana yang cantik selalu ....

Seperti yang kita ketahui pada akhir zaman ini, perempuan sangat terambisi oleh kecantikannya. Karena pada zaman inilah dimana yang cantik selalu diprioritaskan, yang selalu dijunjung tinggi oleh kaum laki ajnabi tersebut. “Lu cantik lu aman” katanya.

Maka dari itulah perempuan zaman sekarang ini berlomba-lomba mempercantik diri. Mulai dari krim pemutih, suntik putih, meminum obat-obatan, dan ada juga yang menyuntik sebagian tubuhnya agar terlihat lebih seksi di mata lelaki kaum ajnabi.

Kaum ajnabi, ajnabi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang asing, orang yang bukan sanak saudara dekat. Artinya mereka seseorang yang halal menikah dengan kita. Akan tetapi, sudikah kita hidup bersama lelaki yang mata keranjang? Bukankah dalam Islam dianjurkan untuk menundukan pandangannya untuk menghindarkan kita dari perbuatan maksiat.

Cantik dalam Perspektif Islam

“Cantik” kata yang sangat menarik untuk dibahas.

Ternyata, cantik menurut lelaki ajnabi vs perspektif Islam sangatlah berbeda. Jikalau menurutnya cantik dari segi fisik saja, sedangkan menurut Islam cantik itu bukan dari fisik atau luarnya saja (pretty), melainkan dari segi:

Pertama, mereka (wanita) yang senantiasa menutup auratnya dan memenuhi perintah Allah SWT adalah wanita yang cantik. Menjadi seorang wanita wajib memiliki rasa malu yang tinggi. Cantik tidak hanya paras tetapi juga menjaga pandangan dan harga dirinya. Disebutkan dalam firman-Nya QS An Nur ayat 31, yang artinya:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”

Kedua, kebaikan akhlak dan hati seorang wanita akan membuat kecantikannya terpancar. Hati dan akhlak yang baik dalam Islam lebih utama dari kecantikan fisik itu sendiri sesuai dengan hadits berikut “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi ia melihat hati dan amal kalian” (HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).

Ketiga, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini Ibnu Katsir berkata: “Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya di dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rizki dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya. Sesungguhnya amal kejahatan itu akan menggelapkan hati, menyuramkan wajah, melemahkan badan, mengurangkan rizki dan menimbulkan rasa benci di hati manusia kepadanya.” (Tafsir Ibnu Katsir IV/204).

Keempat, seperti yang kita ketahui wanita dalam rumah tangga adalah ma'mum. Patuh pada suami di jalan kebenaran dan ridho dari suami adalah hal yang harus kita gapai agar mendapatkan ridho-Nya. Sebagaimana dalam hadits berikut:

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah” (HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai)

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Berdasarkan dalil-dalil di atas masih perlukah kita menjadikan tolak ukur kecantikan wanita berdasarkan cantik parasnya? Padahal di hadapan Allah yang ternilai bukan dari segi fisik melainkan hanya iman dan taqwanya.

Penulis: Dliya Atiqoh Mulya
© Sepenuhnya. All rights reserved.