Hobi adalah suatu aktivitas yang didasari rasa senang dan dilakukan di saat kita senggang. Seiring perkembangan zaman, hobi tak lagi sebagai aktivitas yang dilakukan saat senggang saja, namun kini hobi bisa menjadi cita-cita atau lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kegemaran.
Hobi memiliki dua sisi yakni, sisi yang dapat menguntungkan dan sisi lainnya dapat merugikan seseorang.
Di zaman modern ini, orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya sukses dan memiliki masa depan yang cerah, pasti semua orang tua menginginkan hal tersebut demi kebaikan anaknya.
Oleh karena itu, sudah banyak anak yang hobi dan cita-citanya didukung oleh orang tuanya, namun banyak juga anak-anak di luar sana yang hobi atau cita-citanya ditentang oleh orang tuanya untuk melampiaskan ego dan ambisinya kepada sang anak.
Orang tua sering kali membebankan cita-citanya kepada anak sedangkan sang anak tidak memiliki minat, bakat dan kemampuan dibidang tersebut. Contohnya orang tua ingin anaknya masuk di jurusan pendidikan agar kelak menjadi seorang guru namun anak tersebut memiliki minat bakat, kemampuan di bidang seni khususnya seni rupa dan tari.
Hal tersebutlah yang membuat anak merasa kesulitan dan mudah stres dalam menghadapi hidupnya, terlebih anak tersebut termasuk anak yang anxious introvert di mana mudah gelisah, gugup, stres dan kewalahan saat menghadapi banyak orang serta cenderung memilih menghabiskan waktu dengan menyendiri dan menghindari bertemu orang-orang.
Hal tersebut membuat sang anak menjadi malas dalam belajar dan hasilnya tidak memuaskan. Sebagai orang tua seharusnya sadar akan kemampuan sang anak dengan cara:
1. Mengetahui Minat dan Bakat Sang Anak
Orang tua bisa menyarankan anaknya untuk mengikuti tes bakat dan minat di website atau melalui jasa tes psikologi bakat secara gratis maupun berbayar.
2. Mendukung Minat, Bakat, dan Kemampuan Sang Anak
Setelah mengetahui hasil tes tersebut, orang tua bisa memfasilitasi kemampuan dan keinginan sang anak dengan cara seperti memasukkan anak ke tempat les menggambar atau sanggar tari, mengikuti lomba-lomba di bidang tersebut dan bisa juga dengan memberi dukungan motivasi agar sang anak belajar lebih giat lagi.
Namun, jangan lupa batasi juga hal tersebut agar sang anak tidak terlena dengan kemampuannya yang berakhir menyepelekan atau menganggap akademiknya tidak penting. Hal inilah yang dimaksud hobi yang dapat merugikan dan membuat sebagian orang tua kecewa sering kali melarang keinginan atau pilihan sang anak.
Biodata Penulis:
Syafarina Rahani lahir pada tanggal 16 April 2002 di Cirebon. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 di Bimbingan Konseling FKIP Universitas Sebelas Maret.