Masalah yang berkaitan dengan emosional merupakan bidang yang cukup kompleks, baik gejala maupun penyebabnya. Masalah emosional tersebut sulit untuk diketahui jika dibandingkan permasalahan medis lainnya.
Terlebih jika masalah emosional terjadi pada anak yang sulit atau belum mampu mengutarakan keinginannya. Salah satu gangguan emosional yang sering muncul adalah luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol atau sering kita sebut temper tantrum (tantrum).
Tantrum adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan.
Tantrum Bagian Cerita Perjalanan Hidup Anak
Penelitian pada 2007 yang dipublikasikan di The Journal of Pediatrics, mengungkapkan bahwa 70 persen anak berusia 18-24 bulan mengalami tantrum.
Namun, tantrum tersebut tidak serta merta hilang pada usia 2 tahun. Bahkan, beberapa peneliti menemukan bahwa insiden tantrum tertinggi terjadi pada rentang usia 3-5 tahun. Sekitar 75 persen anak prasekolah juga masih melakukan tantrum.
Jadi, ibu tidak perlu terlalu khawatir jika Si Kecil mengalami tantrum. Daripada kesal, cobalah untuk lebih memahami mereka. Salah satunya adalah dengan cara mengenali jenis tantrum yang dilakukan anak.
Berikut ini beberapa contoh perilaku yang dilakukan anak dalam episode tantrum menurut tingkatan usianya:
1. Usia di Bawah 3 Tahun
Menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, melengkungkan punggung, menjatuhkan badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan, menahan napas, membenturkan kepala, atau melempar barang.
2. Usia 3 Sampai 4 Tahun
Seperti perilaku usia di bawah 3 tahun ditambah dengan mengentak-entakkan kaki, berteriak-teriak, memukul, membanting pintu, mengkritik, atau merengek.
3. Usia 5 Tahun ke Atas
Seperti perilaku pada dua kategori sebelumnya ditambah adanya perilaku memaki, menyumpah, memukul kakak, adik, atau temannya, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja, atau mengancam orang tua atau orang lain.
Ketika anak tantrum, Anda mungkin jadi frustasi dan bingung menghadapinya. Namun sebagai orang tua hendaknya lebih mampu mengontrol emosi dan bersikap lebih terbuka. Mencoba mendalami peran dan mencari tahu permasalahan anak, barulah mencarikan solusi dengan mengalihkan atau membantu anak melakukan hal yang tidak bisa anak lakukan.
Tantrum termasuk bagian dari perkembangan anak yang normal karena ia sedang berusaha menunjukkan bahwa dirinya sedang kesal.
Umumnya, tantrum akan terjadi pada tahun kedua kehidupan anak, saat perkembangan bahasa anak usia dini mulai berkembang.
Ini karena balita belum bisa mengatakan apa yang mereka inginkan, rasakan, atau butuhkan. Akan tetapi, amukan anak cenderung berkurang seiring kemampuan bahasanya yang meningkat.
Meski tantrum sebetulnya tidak berbahaya, namun orang tua sebaiknya selalu memastikan keamanan buah hatinya. Orang tua juga perlu mengetahui tanda tantrum pada anak yang sudah melebihi batas. Berikut tandanya:
- Memiliki frekuensi mengamuk yang sering;
- Mengamuk dalam waktu yang lama;
- Saat mengamuk, melakukan kontak fisik dengan orang lain;
- Marah sampai melukai diri sendiri;
Tanda di atas bisa menjadi risiko gangguan emosional pada anak. Oleh sebab itu, jika sudah dirasa berlebihan Anda bisa berkonsultasi pada dokter.
Beberapa jenis tantrum:
1. Tantrum Manipulatif
Biasanya, tantrum manipulatif akan muncul jika keinginan anak tidak dipenuhi. Tantrum manipulatif adalah tindakan yang dilakukan oleh anak-anak ketika keinginannya tidak terpenuhi dengan baik.
Ini adalah tantrum yang dibuat-buat oleh anak-anak untuk membuat orang lain memenuhi keinginannya.
2. Tantrum Frustasi
Umumnya tantrum frustasi yang terjadi disebabkan karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Anak dengan berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini akibat merasa kesulitan mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain.
Namun tidak hanya itu, anak akan mengalami tantrum frustasi karena dipengaruhi beberapa faktor. Contohnya seperti kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu.
Beberapa cara mengatasi tantrum pada anak:
- Abaikan anak;
- Mengatasi perilaku agresifnya;
- Biarkan anak marah;
- Orang tua perlu menahan diri untuk berteriak;
- Bantu anak melakukan hal yang tak bisa dilakukan;
Tantrum pada anak memang terkadang merepotkan. Namun, peran orang tua dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan karakter anak. Ketika menenangkan anak, sebaiknya orang tua menghindari tindakan kekerasan pada anak agar anak merasa dihargai. Orang tua adalah panutan bagi anak, jadi sebaiknya lakukan perilaku yang bisa dijadikan pelajaran untuk anak.
Penulis: Durotus Sa'adah