Strict Parents versus Anak: Antara Kontrol dan Dampak Psikologis pada Anak Muda

Strict Parents adalah orang tua yang menerapkan pola asuh yang ketat, banyak aturan, pembatasan, serta cenderung kaku ketika menghadapi ....

Ketika mendengar kata “Strict Parents” pasti sudah tidak asing lagi bagi anak muda zaman sekarang. Fenomena Strict Parents ini sedang ramai-ramainya diperbincangkan oleh gen Z.

Strict Parents adalah orang tua yang menerapkan pola asuh yang ketat, banyak aturan, pembatasan, serta cenderung kaku ketika menghadapi anak-anaknya. Strict Parents ini menjadi momok bagi anak muda sekarang, karena ketika mereka mempunyai orang tua yang strict, mereka merasa tidak bebas melakukan apapun yang disenangi.

Orang tua yang strict cenderung mengatur semua urusan anaknya mulai dari hal kecil sampai hal besar. Padahal di usia remaja mereka biasanya senang mengeksplorasi hal-hal baru yang mereka anggap menyenangkan. Namun bagi orang tua yang strict hal tersebut bisa menjadi pengaruh yang tidak baik bagi anaknya.

Tidak semua orang tua adalah Strict Parents. Pada dasarnya pola asuh orang tua itu berbeda-beda. Ada orang tua yang memiliki pola asuh yang tegas, disiplin, ketat. Namun ada juga orang tua yang memiliki pola asuh cenderung santai mengikuti kemauan anaknya. Orang tua berhak menentukan cara mendidik anaknya masing-masing.

Strict Parents

Kebanyakan anak muda zaman sekarang melakukan perbuatan yang melanggar norma. Contohnya seperti mabuk, narkoba, hamil di luar nikah, merokok, dan lain-lain.

Jika banyak terdapat kasus seperti itu maka Strict Parents akan berperan positif, karena dengan mempunyai orang tua yang strict, maka anak-anaknya akan lebih terkontrol dan tidak terpengaruh kepada hal-hal buruk.

Tetapi ketika anak akan menentukan pilihannya sendiri seperti ingin masuk sekolah mana, ingin kuliah dimana, ingin menjadi apa nantinya, lalu orang tuanya melarang dan anak tersebut harus mengikuti keinginan orang tuanya, maka di sini peran Strict Parents akan negatif.

Ketika anak terbiasa harus mengikuti keinginan orang tuanya, nantinya ketika anak tersebut sudah dewasa akan bingung dan kesusahan dalam mengambil keputusan sendiri.

Orang tua yang Strict Parents dapat diidentifikasi dengan tingkah lakunya terhadap anak-anaknya. Biasanya orang tua memberikan tuntutan tetapi tidak bersikap responsif, di sini orang tua memberikan aturan-aturan secara tidak tertulis dan tidak disampaikan kepada anaknya, namun orang tua mengharapkan anaknya mengerti dan paham akan aturan tersebut.

Strict Parents juga cenderung memberikan aturan yang berlebihan. Kondisi seperti ini akan membuat anak merasa terkekang. Anak juga tidak dibiarkan dalam memilih, keputusan yang dibuat oleh anak akan dibantah dengan keputusan dari orang tua.

Selain itu, orang tua juga tidak percaya kepada anaknya. Ketika anaknya izin bermain dengan teman, orang tua yang Strict Parents akan mencurigai anaknya macam-macam, padahal sebenarnya anaknya hanya bermain dengan teman sekolahnya.

Orang tua yang strict tidak mau memberikan penjelasan-penjelasan kepada anak tentang apa yang baik dan buruk. Mereka cenderung menuntut anak selalu berbuat baik, ketika anak melakukan kesalahan ia akan memarahi anak tersebut.

Tidak jarang pula Strict Parents akan memarahi anaknya secara fisik, seperti memukul, menarik telinga, menendang, dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan dampak positif Strict Parents, dampak negatifnya jauh lebih banyak.

Pola pengasuhan apapun akan memberikan dampak yang cukup besar bagi anak. Dampak yang ditimbulkan bisa buruk atau baik. Tentu saja dampak yang ditimbulkan akan lebih banyak yang buruk. Dampaknya bagi anak adalah anak merasa tidak bahagia bahkan depresi.

Anak juga bisa memiliki gangguan perilaku, hal ini dikarenakan anak adalah sosok peniru, sehingga ia akan meniru perilaku yang ditunjukkan oleh orang tuanya.

Dampak selanjutnya anak menjadi sering berbohong. Karena dilarang itu dilarang ini anak menjadi tidak bebas melakukan sesuatu, cara yang bisa dilakukan anak adalah dengan berbohong supaya orang tua tidak mengetahui.

Jika orang tua mengetahui pasti anak tersebut akan dimarahi. Selanjutnya, anak menjadi pelaku bullying. Ketika anak melihat cara orang tuanya mendidiknya dengan keras dan hukuman fisik, maka anak tersebut akan menganggap perilaku kasar adalah hal yang wajar.

Akibatnya, anak tersebut dalam bersosialisasi akan menjadi sosok yang keras dan pemaksa.

Dampak lainnya adalah anak tidak memiliki rasa percaya diri. Jika rasa kepercayaan diri hilang tentunya ini akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Anak yang tidak mempunyai rasa percaya diri akan merasa malu dan minder.

Biodata Penulis:

Syifa Syaharani saat ini aktif sebagai Mahasiswa Bimbingan dan Konseling di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.