Kalian pernah enggak sih ngerasain pindah-pindah kota karena pekerjaan orang tua? Ya, aku beberapa kali pindah kota. Walau mungkin tidak sesering kalian. Pasti kalian berpikir kalau orang tuaku seorang TNI, Polisi atau yang biasanya sering pindah tugas.
TETOTTTT SALAH BESAR.
Entah kenapa orang tuaku sering berpindah tempat, padahal hanya pegawai kantor biasa.
Pertama kali aku pindah rumah itu waktu aku duduk di kelas 1 SD. Awalnya aku bersekolah di Karawang, Jawa Barat. Sampai dimana waktu itu sedang pulang kampung ke Purworejo, Jawa Tengah untuk mengisi waktu libur semester 1. Tiba-tiba Ibu aku bilang kalau aku akan dipindahkan ke SD yang ada di Purworejo, ya aku sebagai anak kecil sih iya-in aja perkataan orang tua.
Oke aku bersekolah di SD yang sama dengan saudara sepupuku yang berbeda 5 tahun denganku, saat itu aku kelas 1 SD sedangkan saudaraku kelas 6 SD. Di sini aku menemukan banyak teman baru mulai dari yang baik, yang jahil, dan macam-macam deh.
Pertama kali aku masuk sekolah itu, aku langsung duduk di sebelah laki-laki. Di sini aku masih canggung. Ya maklum ya namanya juga anak baru. Setelah beberapa lama aku mulai berkenalan dengan banyak orang. Mulai dari teman seangkatan hingga kakak kelas.
Dulu aku orangnya cengeng dan penakut jadi aku sekolah selalu diantar dan ditunggui oleh Ibuku.
Di kelas aku memiliki teman yang sangat baik dan dekat. Pertama ada Dita, dia selalu menenangkanku jika aku nangis di kelas. Lalu aku memiliki teman lagi yang bernama Sasa, dia orangnya sangat pendiam, kalem dan baik banget.
Lalu aku juga berteman dengan laki-laki yang duduk denganku pertama kali itu, dia namanya Agung. Dia ketua kelas di kelas 1, orangnya baik banget, pinter, dia orang yang tegas dan dia alim juga. Rumahku dengan rumah mereka lumayan dekat jadi kita lumayan sering untuk bermain bersama.
Selain memiliki teman dekat di sekolah, aku memiliki teman main di rumah juga. Ya, memang mereka semua kebanyakan umurnya lebih tua daripada aku, tetapi mereka saling merangkul dan tidak membeda-bedakan umur.
Setelah menjalani banyak rutinitas seru yang bikin aku betah di sana, tibalah liburan kenaikan kelas. Pada liburan kali ini aku bersama orang tuaku pulang ke Jawa Barat sekadar menengok rumah yang ada di sana. Kejadian ini sangat random banget.
Jadi sewaktu Ibuku sedang mencuci baju, tiba-tiba aku kepikiran untuk sekolah di Jawa Barat lagi. Lalu dengan mudahnya Ibuku mengiyakan permintaanku untuk pindah kembali ke Jawa Barat.
Setelah pindah aku kembali dengan teman-teman lamaku. Aku bersekolah di Jawa Barat sampai kelas 6 SD.
Di sana aku mengalami berbagai macam peristiwa mulai dari kesenangan, kesedihan, kebingungan, kekecewaan, pembullyan (yang mungkin waktu itu belum memahami apa itu pembullyan, kita masih menganggap bahwa itu semua hanya bercanda semata), dan masih banyak lagi.
Di sini aku tidak akan membahas itu, karena itu sangat tidak enak untuk dikenang.
Di sini aku akan memperkenalkan teman dekatku, ada Nasywa, ia teman dekatku dari sebelum sekolah karena rumah kita bersebelahan. Aku dengannya sering dikira adik-kakak karena kita selalu bersama kemanapun itu. Mulai dari TK, les Bahasa Inggris, dan SD.
Sampai saat ini aku masih bertukar kabar melalui Instagram walaupun tidak intens. Sebenarnya aku memiliki banyak teman saat SD tetapi mulai dekat pada saat akan kelulusan. Jadi tidak ada banyak kenangan dengan mereka.
Denpasar, Bali. Aku mulai bersekolah di Bali mulai dari kelas 7 hingga kelas 8 semester 1. Di sini aku memiliki beberapa teman dekat juga. Mereka selalu ada di saat aku dalam keadaan apapun. Ada Shinta, Hasya, dan Yusti. Aku bisa dekat dengan mereka karena selain kita satu kelas, kita juga satu agama yang dimana saat pelajaran Agama Islam kita selalu bareng dan kita pun satu ekstrakurikuler, yaitu Ekstrakurikuler Paskibra.
Di sini aku mendapatkan pengalaman baru tentang banyak hal. Aku pun mengenal banyak teman baru dari luar kelas. Di sekolah manapun aku tipe orang yang tahu banyak orang atau kenal banyak orang tetapi kebanyakan dari mereka tidak tahu aku. Aku biasa saja, tidak terlalu menonjol tetapi tidak mengurung juga.
Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa aku tidak tinggal di Bali saja seterusnya? Padahal kan di Bali enak bahkan banyak artis yang ingin tinggal di sana. Aku kurang suka lingkungan di Bali kalau untuk “tinggal” aku suka Bali untuk berlibur saja.
Tidak sedikit aku menjumpai orang-orang toxic yang ada di lingkunganku, baik di lingkungan sekolah maupun rumah. Ya mungkin itu alasan saya tidak suka tinggal di Bali.
Mulai memasuki kelas 8 semester 2 aku pindah ke SMP di Purworejo. Tentu aku memiliki teman lebih banyak di Purworejo karena aku tinggal lama di sini. Di SMP aku memiliki teman dekat yaitu Ditha, Eryka, dan Alifia. Kami mulai akrab saat kelas 9. Keakraban kita sangat tidak disengaja.
Dulu mereka dekat dengan aku karena aku sering mendengarkan curhatan mereka. Ditha yang curhat tentang cowoknya, Alifia tentang keadaan keluarganya, dan kalau Eryka kita dekat karena sering pulang naik angkot bersama karena rumahnya searah.
Suatu hari saat pelajaran Bahasa Indonesia ada tugas kelompok, 1 kelompok beranggotakan 4 orang, entah bagaimana kita ber-4 dipertemukan di kelompok yang sama. Kita dengan karakter yang sama (sama-sama suka bercanda, sama-sama susah serius, dan sama-sama memiliki pemikiran yang absurd. Intinya kita sangat se-frekuensi).
Lalu kami pertama kali kerja kelompok di rumahku. Tidak terasa di grup kelompok itu kita membahas hal-hal di luar tugas kelompok, pembahasannya semakin ngalor ngidul enggak jelas. Tetapi dari situ kami jadi sering main bareng, belajar bareng dan aku jadi memiliki tempat curhat yang bisa diajak diskusi dan memecahkan masalah bersama.
Memasuki SMA, hanya 3 dari 4 antara kita yang bersekolah di tempat yang sama, yaitu aku, Ditha, dan Eryka. Alifia bersekolah di SMA sebelah. Tidak ada yang berubah dari kami sampai saat ini. Di SMA aku memiliki teman kelas baru yang lagi-lagi asik dan se-frekuensi.
Tetapi mungkin karena saat itu tiba-tiba diliburkan karena Pandemic Covid-19 jadi kami baru dekat lagi setelah kelas 12.
Sampai hampir lulus pun aku dan teman SMP-ku masih sering bermain, kami pun saling membantu jika ada kesusahan saat pendaftaran ke perguruan tinggi, curhat tentang perguruan tinggi, dan masih banyak lagi.
Sampai saat ini aku memang paling nyaman berteman dengan teman SMP-ku itu mungkin karena bisa diajak susah, sedih, bahagia bersama mereka juga yang paling saling mengerti.
Untuk saat ini kami mulai jarang bertemu dikarenakan masing-masing dari kita mulai merantau karena kuliah. Walaupun aku dan Eryka satu universitas, tetapi kita tetap saja jarang bertemu karena sudah memiliki kesibukan masing-masing.
Di setiap sekolah memang memiliki kesan-kesannya tersendiri. Ada yang lebih banyak sedihnya, ada yang lebih banyak senangnya dan banyak hal.
Dalam pertemanan pun aku menemukan banyak karakter seseorang. Mulai dari yang mudah marah, mudah tertawa, mudah sedih, dan masih banyak lagi.
Di setiap perpindahan itu aku mulai sedikit banyak belajar tentang bagaimana caranya beradaptasi dengan mudah, mengenal karakter orang baru dengan cepat, dan masih banyak lagi hal yang kupelajari.
Memang sedih untuk meninggalkan seseorang yang sudah membuat kita terasa nyaman, tetapi apa boleh buat jika keadaan yang menentukan. Yang terpenting kita bisa menyesuaikan diri dimanapun kita berada, seperti kata pepatah "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung".
Biodata Penulis:
Zhaafira Khoerunnisa lahir pada tanggal 2 Februari 2004 di Jakarta. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.