Tercenung di Rusuk Danu
Gemercik air jatuh dari bumantara
Aku mencoba 'tuk puitiskan sebuah rasa
Tetapi aku gagap harus memulainya dari mana
Dengan perlahan aku mencoba, terlukis titik demi titik
Mencoba aku putarkan sebuah irama
Untuk menghilangkan awan kelabu
Ribuan memori kekelaman dilarutkan
Bersama nada-nada konyol pengusik melodi kedamaian
Bertalu-talu aku masih mencoba goreskan dawat di atas daluang
Hampir selesai.
Lalu aku sendiri mendadak tercenung di rusuk danu dengan semilir bayu
Merenung, menggelih keguyuban ini.
2022
Analisis Puisi:
Puisi "Tercenung di Rusuk Danu" karya Binar Senja adalah sebuah karya yang memperlihatkan proses pencarian makna dan kedamaian dalam kehidupan. Melalui metafora alam dan proses kreatif, penyair menggambarkan perjalanan batinnya menuju pemahaman yang lebih dalam.
Proses Kreatif dan Refleksi Diri: Penyair menggunakan proses kreatif menulis puisi sebagai cerminan dari proses pencarian makna dan kedamaian dalam kehidupan. "Aku mencoba 'tuk puitiskan sebuah rasa" mencerminkan upaya penyair untuk mengekspresikan perasaannya melalui kata-kata, meskipun ia mengalami kegagapan dan kebingungan awal.
Metafora Alam sebagai Penggambaran Perjalanan Batin: Gemercik air dari bumantara dan semilir bayu di rusuk danu menjadi metafora alam yang mengiringi perjalanan batin penyair. Alam menjadi cerminan dari perasaan dan pemikirannya, membantu penyair untuk merenungkan kehidupan dan mengatasi awan kelabu serta memori kegelapan yang melanda.
Pencarian Kedamaian dan Makna: Melalui proses penciptaan puisi, penyair mencoba menghilangkan awan kelabu dan melarutkan memori kegelapan, mencari kedamaian dan makna di tengah kekacauan kehidupan. Nada-nada konyol pengusik melodi kedamaian menjadi representasi dari gangguan dan rintangan yang harus dihadapi dalam pencarian kedamaian.
Cenungan dan Refleksi Diri di Rusuk Danu: Puisi berakhir dengan penyair yang mendadak tercenung di rusuk danu, merenung dan menggeliat dalam keguyuban batin. Ini mencerminkan momen refleksi diri dan pemahaman yang mendalam, ketika penyair menyadari kehadiran alam dan ketenangan yang ditawarkannya.
Puisi "Tercenung di Rusuk Danu" karya Binar Senja adalah sebuah perjalanan melalui proses pencarian makna dan kedamaian dalam kehidupan. Melalui penggunaan metafora alam dan proses kreatif menulis puisi, penyair menggambarkan perjalanan batinnya yang penuh refleksi dan introspeksi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup dan keindahan alam yang menjadi sumber inspirasi dan ketenangan.
Karya: Binar Senja
Biodata Binar Senja:
- Bintang Ramadani lahir pada tanggal 6 November 2003 di Aek Bange.
- Saat ini ia aktif sebagai mahasiswi di UIN Suska, Riau.