Puisi: Siapa Menyimpan Sekuntum Bunga (Karya Handrawan Nadesul)

Puisi || Siapa Menyimpan Sekuntum Bunga untuk Kita Nanti? || Karya || Handrawan Nadesul ||

Siapa Menyimpan Sekuntum Bunga untuk Kita Nanti?



Berkeranjang-keranjang bunga
Mekar di benak orang-orang
yang kakinya masih tulus berjalan
Di kegelapan ilalang
tersaruk-saruk dan tertawa
melihat berlumuran tangannya sendiri
menahan duri
Tak nyana itu menjadi bunga
di jemari tangannya
kebun di lubuk hatinya
Hati yang pernah gugur, patah, dan layu
terhempas angin perahu layarnya

Milik siapakah pesisir kehidupan
Engkau juga yang bilang
Kalau tak habis-habis kesabaran
Masih tahankan kita memikulnya?

Hanya karam yang akan menyelesaikan waktu
Saat layar tak lagi mengembang
Semoga masih tumbuh bunga di benak orang-orang
Mudah-mudahan belum letih kita mengangkutnya
di pundak-pundak yang lebam
Engkau masih tersenyum
Engkau masih tertawa
Melihat berlumuran keranjang batinmu

Seandainya nanti kita tak bisa lagi memetik
Masih akan adakah bunga
Tatkala orang-orang ngungun melihat tangannya,
matanya, hatinya, dan senyumannya
kalau tiba saatnya nanti melepas lelah

Siapakah menyimpankan sekuntum bunga
ingin kita mengirimnya buat anak-anak
Saat-saat kita tinggal duduk seorang diri menanti
Mungkin untuk tak ada yang mesti ditunggu.


Jakarta, 1998

Sumber: Bentara: Hijau Kelon & Puisi 2002 (2002)

Handrawan Nadesul
Puisi: Siapa Menyimpan Sekuntum Bunga
Karya: Handrawan Nadesul

Biodata Handrawan Nadesul:
  • Dr. Handrawan Nadesul (Gouw Han Goan) lahir pada tanggal 31 Desember 1948 di Karawang, Jawa Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Rumah Cinta (1) Laut tak dapat dikubur Tak dapat dilupakan Ia boleh ditinggalkan Tapi berdebur dalam dada Di luar, semua sandiwara Pada tumbuhan, pada satwa Seakan tak ada…
  • Taman Pada suatu petang ia datang ke taman yang terhampar hijau di atas ranjang. Ia mencopot baju, menyalakan lampu kemudian membaca buku di atas makam. "Ini tempat suci…
  • VOC Melintas di Rijswijk dalam lompatan kuantum serasa Siapa bila yang menetapkan nama rentang ini Djalan Segara Dalam lalu lintas antara sepenuh warna dan gambar sepia Ter…
  • Goyang Ranjang bergoyang sepanjang malam. Mungkin sepasang nyawa, sepasang singa, sedang tempur. Atau sepasang maut sedang perang. Ranjang…
  • Riau Kupulangkan kembali Resah. Kepadamu. Simpanlah Di semak gerumbul belantaramu Di sungai dan rawa-rawa Gurindam dan pantun melayu Aku pernah memungut Di dekat hulu D…
  • Kami Terpaksa Mengkafani Harapan Kami terpaksa kini mengkafani harapan karena angin pun mogok makan dan kemudian menjadi mayat tak ada kilat yang berkelebat kub…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.