Saat-Saat Terakhir Muhammad Rasulullah
demam itu demam yang pertama demam yang terakhir
bagi rasul terakhir
jam itu adalah jam-jam penghabisan
bagi Utusan Penghabisan
dalam demam yang mencengkram
betapa sabar kau terbaring di selembar tikar
dalam jam-jam yang mencekam
betapa dalam lautan pasrahmu
ada kulihat
matamu berisyarat
adakah gerangan
yang ingin kau pesankan
dalam jam-jam penghabisan
wahai Nabi Pilihan
maka kuhampirkan telingaku yang kanan
di mulutmu yang suci
maka kudengar ucapmu pelan:
di bawah tikar
masih tersisa sembilan dinar
tolong sedekahkan
sesegera mungkin
kepada fakir miskin
mengapa yang sembilan dinar
mengapa itu benar
yang membuatmu gelisah
ya Rasulullah
sebab kemana nanti
kusembunyikan wajahku
di hadirat Ilahi
bila aku menghadap dan Dia tahu
aku meninggalkan bumi
dengan memiliki
duit
biar sedikit
biar cuma sembilan dinar
ke bumi aku diutus
memberikan arah ke jalan lurus
tugasku tak hanya menyampaikan pesan
tugasku adalah juga sebagai teladan
bagi segala orang yang mencintai Tuhan
lebih dari segala dinar
lebih dari segala yang lain
miskin aku datang
biarlah miskin aku pulang
bersih aku lahir
biarlah bersih hingga detik terakhir
sembilan dinar
pelan-pelan kuambil dari bawah tikar
bergegas aku keluar
dari kamarmu yang sempit
kamarmu yang amat sederhana
bergegas aku melangkah ke lorong-lorong sempit
di atas jalan-jalan pasir tanah Madinah
mensedekahkan
dinar yang sembilan
kepada orang-orang
yang sangat kau sayang
orang-orang miskin seperti kau
orang-orang yatim seperti kau
dan demam itu demam yang pertama demam yang terakhir
bagi Rasul terakhir
dan jam itu adalah detik penghabisan
bagi Utusan Penghabisan
Muhammad
kau tak di situ lagi di tubuh itu
tinggal senyum di bibirmu
tinggal teduh di wajahmu
Rasulullah
miskin kau datang miskin kau pulang
bersih kau lahir bersih hingga detik terakhir
Makassar, 28 Oktober 1979
Sumber: Bulan Luka Parah (1986)
Analisis Puisi:
Puisi "Saat-Saat Terakhir Muhammad Rasulullah" adalah karya yang menggambarkan momen-momen terakhir dalam kehidupan Nabi Muhammad. Puisi ini menghadirkan momen emosional yang penuh makna dan penting dalam sejarah Islam.
Tema Sentral: Tema sentral dalam puisi ini adalah momen-momen terakhir dalam hidup Nabi Muhammad, termasuk momen menjelang wafatnya. Puisi ini mencoba untuk menggambarkan emosi dan pikiran yang mungkin dirasakan oleh Nabi dalam saat-saat tersebut.
Demam dan Pengorbanan: Penyair mencatat bahwa Rasulullah mengalami demam yang sangat parah menjelang kematiannya, yang menjadi demam pertama dan terakhirnya. Meskipun dalam kondisi yang sangat lemah, beliau tetap memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan umatnya. Ini terlihat dalam pesan yang disampaikan kepada para sahabatnya untuk menyedekahkan sembilan dinar kepada fakir miskin.
Kepemimpinan dan Teladan: Puisi ini menekankan bahwa Nabi Muhammad bukan hanya seorang utusan Tuhan yang menyampaikan pesan, tetapi juga seorang teladan dalam tindakan dan perilaku. Beliau tidak hanya mengajar dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan.
Kesederhanaan dan Kepedulian: Puisi ini menggambarkan kehidupan sederhana Nabi Muhammad. Kamarnya yang sempit dan kehidupannya yang jauh dari kemewahan adalah gambaran kesederhanaan yang menjadi karakteristik beliau. Kepeduliannya terhadap kaum miskin dan yatim piatu mencerminkan ajaran kasih sayang dalam Islam.
Kesejukan dan Kesucian: Penyair menggambarkan Nabi Muhammad sebagai sosok yang bersih lahir dan batin hingga detik terakhir hidupnya. Bahkan dalam momen wafatnya, beliau tetap menjaga kesucian dan kemurnian.
Puisi ini adalah penghormatan terhadap Nabi Muhammad dan momen-momen penting dalam sejarah Islam. Ia menyoroti pentingnya kepemimpinan, pengorbanan, kesederhanaan, dan kepemilikan kesucian dalam ajaran Nabi Muhammad. Melalui puisi ini, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan dan ajaran beliau serta makna yang terkandung dalam momen-momen terakhirnya.
Karya: Husni Djamaluddin
Biodata Husni Djamaluddin:
- Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
- Husni Djamaluddin meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2004.